Hadapi Varian Omicron Jangan Panik, Tapi Harus Serius
menurut Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman Indonesia, yang paling penting adalah menanggapi trend kenaikan kasus secara serius.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bersikap secara tepat dan tidak panik memang diharuskan dalam menghadapi varian Omicron ini.
Namun, menurut Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman Indonesia, yang paling penting adalah menanggapi trend kenaikan kasus secara serius.
"Terutama kota besar Jawa-Bali perlu dimitigasi. Sekali lagi prediksi itu tidak harus terjadi. Bahwa potensi gelombang ketiga sulit dihindari. Tapi potensi ledakannya bisa kita kurangi," ungkap Dicky pada Tribunnews, Kamis (20/1/2022).
Baca juga: Pengelola Mal: Dampak Varian Omicron Belum Terasa
Baca juga: Kasus Omicron Tembus 1.000 Kasus, Menko Luhut: Ada Musuh Bersama, Ikuti Arahan Pemerintah
Dicky pun mengingatkan. Terutama menurutnya pemberitaan terkait situasi pandemi Covid-19 tidaklah seimbang.
"Kurang seimbang antara berita menggambarkan kondisi sebenarnya, menggambarkan potensi perburukan dengan kabar baik kurang seimbang," kata Dicky menambahkan.
Dalam merespon Omicron, selain sinergi antara testing, treacing, treatment (3T), protokol kesehatan, vaksinasi, pengetatan pintu masuk juga ada hal lain yang harus dilakukan.
Tujuannya agar tidak mengulangi kesalahan pada gelombang dua. Yaitu harus melakukan respon pencegahan. Menurutnya keberhasilan dari seorang pakar kesehatan adalah memberikan intervensi untuk pencegahan.
"Kalau sudah tinggi, sudah masuk itu telat. Sekali lagi yang menjadi korban adalah mereka yang berisiko, pasien komorbid, belum mendapatkan vaksin dan sebagainya," pungkas Dicky.