Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penyebaran Subvarian Omicron BA.2 Meningkat, Apa Dampaknya?

Subvarian omicron BA.2 kian meningkat. Angkanya rata-rata dunia mencapai 21, 09 persen dari semua Omicron.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
zoom-in Penyebaran Subvarian Omicron BA.2 Meningkat, Apa Dampaknya?
Shutterstock
Ilustrasi Omicron 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --  Varian Omicron, yaitu B.1.1.529 dengan berbagai bentuknya, yaitu BA.1, BA.1.1, BA.2 dan BA.3, sedang melanda dunia

Namun yang dominan di dunia dan di Indonesia sekarang adalah BA.1.

Tetapi, laporan terkait BA.2 juga kian meningkat. Angkanya rata-rata dunia mencapai 21, 09 persen dari semua Omicron.

Jadi satu dari lima Omicron di dunia sekarang ini adalah jenis BA.2.

Bahkan, ada beberapa negara yang BA.2 dominan, lebih dari 50 persen, seperti Brunei Darussalam, dan juga Filipina, Bangladesh, China, India, Nepal, Pakistan.

Baca juga: Kemenkes Sebut Telah Lakukan Strategi Hulu ke Hilir Hadapi Gelombang Ketiga Varian Omicron

WHO memang menyebutkan, prevalensi tertinggi BA.2 diantara keseluruhan terjadi di daerah WHO Asia Tenggara, yaitu 44,7 persen.

Prof Tjandra Yoga Aditama
- Guru Besar FKUI & Universitas YARSI. 
- Mantan Direktur Penyakit Menular WHO SEARO dan Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit & Kepala Badan Litbangkes Kemenkes RI
Prof Tjandra Yoga Aditama - Guru Besar FKUI & Universitas YARSI.  - Mantan Direktur Penyakit Menular WHO SEARO dan Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit & Kepala Badan Litbangkes Kemenkes RI (HO/TRIBUNNEWS)
BERITA TERKAIT

Lantas apa dampaknya jika subvarian ini terus meluas?

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyampaikan penjelasannya.

Ia mengatakan, sampai saat ini dampak BA.2 masih terus dipelajari, namun kesimpulan sementara subvarian ini tampaknya memang lebih mudah menular daripada BA.1 yang sekarang ada.

Menurut WHO sampai 22 Februari 2022 maka belum ada bukti, BA.2 menimbulkan dampak kasus menjadi lebih berat.

"Ini juga sesuai dengan data dari Afrika Selatan, Inggris dan Denmark yang menunjukkan beratnya penyakit sama saja pada BA.1 dan BA.2," katanya dalam pesan tertulisnya, Senin (28/2/2022).

Mantan DirJen Pengendalian Penyakit Kemenkes ini menyebut, dalam publikasi pra-cetak 16 Februari 2022 dari Jepang yang berjudul Virological characteristics of SARS-CoV-2 BA.2 variant  disampaikan,  sepertinya BA.2 dapat lebih berat.

Baca juga: Risiko Kematian Akibat Varian Omicron di Korea 75 Persen Lebih Kecil dari Delta

Uji coba pada binatang menunjukkan BA.2 dapat menimbulkan dampak klinik lebih berat

"Tapi ini pada binatang percobaan, belum tentu terjadi terjadi pada manusia," imbuhnya.

WHO juga masih menyatakan, efikasi vaksin masih sama antara BA.2 dan BA.1.

Sementara penelitian di Jepang menduga efektifitas vaksin menurun, walau dapat meningkat kembali sampai 74 persen dengan booster.

Penelitian di Jepang juga menyajikan, infeksi dengan BA.2 menyebabkan penurunan efektifitas obat antibodi monoklonal seperti sotrovimab.

BA.2 tidak memiliki fenomena SGTF (S gene target failure), sehingga penggunaan PCR SGTF jadi terbatas.

Jadinya perlu memperbanyak pemeriksaan Whole Genome Sequencing.

"Indonesia perlu waspada dan mengambil langkah antisipasi yang tepat, kalau-kalau BA.2 juga akan meningkat di negara kita,"
 ungkap Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas