Update Penanganan Pandemi Covid-19: Kasus Positif Turun Hingga 64 Persen
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito menyampaikan perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito menyampaikan perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia.
Sebelumnya, ia menekankan pentingnya kesadaran dan tanggungjawab masing masing orang sebagai kunci pengendalian kasus positif di Indonesia.
Dalam hal ini, terdapat 3 tanggung jawab utama masyarakat harus terus ditingkatkan.
Satu kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan. Kedua, kesadaran tinggi untuk dites ketika merasa bergejala.
Ketiga, kesadaran tinggi untuk mengisolasi diri ketika merasa tidak sehat bahkan saat dinyatakan positif.
Terkait hal ini Wiku pun menyampaikan data terkini landasan pentingnya penguatan kesadaran masyarakat tersebut.
Saat ini kasus positif nasional turun 64 persen dari puncak setelah menunjukkan trend penurunan selama 3 minggu berturut turut.
"Setelah melewati puncak sebanyak 390 ribu kasus positif, jumlah penambahan kasus mingguan saat ini adalah 140 ribu atau telah turun 250 ribu kasus dari puncaknya," ungkap Wiku pada konferensi pers virtual, Kamis (17/3/2022).
Baca juga: Ketua Satgas IDI: Meski Endemi Bukan Berarti Covid-19 Selesai
Kabar baik lainnya adalah penurunan kasus positif juga terjadi secara menyeluruh di seluruh provinsi Indonesia. Minggu lalu, tidak ada satu provinsi pun yang mengalami penambahan kasus lebih besar dari pada minggu sebelumnya.
Senada dengan kasus positif, kasus aktif konsiten mengalami penurunan selama dua minggu berturut-turut. Hingga saat ini turun mencapai 52 persen dari puncak.
"Kasus aktif sempat mencapai tinggi tertinggi dengan jumlah kasus aktif sebesar 580 ribu per 24 Februari 2022. Sementara per 16 Maret lalu, jumlah kasus aktif hanya 280 ribu kasus," kata Wiku menambahkan.
Meski demikian angka saat ini masih jauh lebih tinggi tiga setengah kali lipat dibandingkan pada kasus aktif per 1 Februari, sebelum lonjakan kasus terjadi.