Booster Vaksin Covid-19 Masih Efektif Mencegah Keparahan dan Angka Kematian
Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyarankan untuk segera mengejar cakupan vaksin booster Covid-19.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyarankan untuk segera mengejar cakupan vaksin booster Covid-19.
"Kita perlu memberikan booster ini terutama pada kelompok yang berisiko. Setidaknya 50 persen dari total populasi. Dan vaksinasi menjadi penting," ungkapnya pada Tribunnews, Senin (21/6/2022).
Baca juga: Penonton Indonesia Open 2022 Manfaatkan Gerai Vaksin Booster di Istora Senayan
Di sisi lain Dicky menyebutkan data google menunjukkan bahwa pada orang yang proteksinya menurun, atau belum divaksinasi, BA.4 dan BA.5 bisa bersirkulasi bahkan 10 hari di dalam tubuh.
Artinya hal ini bisa menjadi tempat virus untuk berkembang biak serta bermutasi. Hal ini lah yang akhirnya dikhawatirkan jika menginfek kelompok yang sistim imunitasnya rusak, atau terganggu.
Bisa saja melahirkan satu varian atau sub varian jauh lebih merugikan. Sedangkan pada orang yang sudah terproteksi atau divaksinasi tiga dosis, tidak akan bergejala.
Baca juga: Vaksin Booster Gratis Tersedia di Jakarta Fair 2022, Catat Jadwal dan Cara Daftarnya
Selain itu fungsi vaksin Covid-19 bisa menurunkan risiko keparahan dan kematian. Namun pesan penting nya, bahwa virus SARS-CoV-2 belum bisa berhenti bersirkulasi, menginfeksi dan bermutasi.
"Meski sudah ada vaksin, karena vaksin saat ini memiliki keterbatasan di tengah kemamfaatan sudah didapat. Yaitu proteksi keparahan dan kematian," tegas Dicky.
Sejauh ini vaksin Covid-19 belum bisa mencegah orang terinfeksi atau penularan. Oleh karena itu, program kombinasi tiga dosis dengan memakai masker, disiplin dengan 5M menjadi sangat penting.
Baca juga: Kasus Covid-19 Naik Lagi, Jokowi Sebut Kondisi Masih Terkendali, Menkes Ingatkan Vaksinasi Booster
Selain itu perlu juga peningkatan kesehatan lingkungan. Dan juga meningkatkan kualitas udara dan memperbaiki sirkulasi dan ventilasi.
"Dan saat ini saya kira pemerintahan, daerah khususnya sudah harus mengkaji ulang kebijakan. Khususnya masalah masker di luar ruangan dan daerah pada aktivitas dan tinggi interaksi dan mobilitas," tutup Dicky.