Berubah Status, Ini yang Harus Diperhatikan IAIN Surakarta
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta ingin mengubah status jadi Universitas Islam Negeri (UIN) tak dipermasalahkan oleh Endang Maria Astuti.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keinginan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta mengubah status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) tak dipermasalahkan oleh Anggota Komisi VIII Endang Maria Astuti.
Namun, esensi keilmuan agama tergerus saat IAIN menjadi UIN sehingga sering menjadi perdebatan oleh anggota dewan.
"Kalau mau dijadikan UIN, inti dari keilmuan agama jangan malah menjadi pudar, justru itu yang jadi ruh dari perguruan tinggi islam. Para alumni lulusannya diharapkan menjadi pelopor revolusi mental," kata Anggota Komisi VIII Endang Maria Astuti saat memimpin Tim Kunspek di IAIN Surakarta, Kamis (29/9/2016).
Endang menambahkan kondisi IAIN Surakarta yang jumlah dosennya terbatas dan pemberlakuan moratorium PNS, serta minimnya sarana dan prasarana, ini jadi buah simalakama terhadap gagasan perubahan status IAIN Surakarta.
"Disatu sisi menginginkan perubahan status, namun banyak aspek lain yang belum bisa terpenuhi. Jangankan penambahan dosen, guru saja sampai saat ini Kementerian Agama masih banyak tanggungan. Saya menyarankan agar manajemen dari IAIN ditata dulu kualitasnya" ujar Politisi F-Golkar itu.
Menurut Endang, kualitas dari lulusan alumni yang ada saat ini perlu peningkatan, dan diharapkan mampu berkarir di Legislatif, Eksekutif, dan Akademik.
Oleh karena itu, secara tidak langsung menjadi publikasi yang masif ke masyarakat luas.
Mereka memiliki gambaran jika anaknya sekolah di IAIN Surakarta akan seperti mereka.
Selain itu, lanjut Endang, Perguruan Tinggi Islam di Surakarta sangat strategis sekali, kedepan bisa menjadi barometer kampus Islam di Indonesia.
Terlebih dengan terus meningkatnya animo masyarakat terhadap Perguruan Tinggi Islam.
Apalagi banyak orang tua yang menginginkan anaknya memiliki akhlak yang baik jika masuk ke sekolah agama islam.
"Sejak dua tahun yang lalu saya selalu mendorong bahwa, membangun generasi juga harus dimulai pada tingkatan paling bawah. Mulai dari madrasah, ibtidaiyah dan aliyah, ini menjadi tugas Kemenag memperkuat pendidikan dari tingkatan paling bawah. Dan Tidak sedikit anak-anak didik kita putus sekolah, ini perlu menjadi pemikiran bersama membuat program pengentasan pendidikan," terang Politisi Dapil Jawa Tengah IV ini.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor I bid. Akademik, Abdul Malik mengatakan, percepatan kampus IAIN Surakarta tergolong lambat, padalah kampus kami masuk ke dua belas besar peminatan.
Tetapi berhubung daya tampungya minim, kami hanya menerima sedikit.
"Kami pernah mengajukan pembelian lahan disekitar kampus, sudah kami ajukan tapi belum di setujui. Karena terlalu lama, akhirnya sudah dibeli oleh pihak swasta," jelasnya
Ia menambahkan, belum lagi harapan besar masyarakat yang menginginkan IAIN melahirkan generasi luar biasa.
Padahal kami kekurangan dosen, peningkatan mutu dan kualitas mahasiswa terancam.(Pemberitaan DPR RI)