Abdul Fikri Faqih : "Pendidikan di Papua Perlu Mendapat Perhatian Khusus"
Saat memimpin kunjungan itu, Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih menegaskan Papua harus mendapat perhatian khusus dalam beberapa bidang.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih memimpin Tim Kunjungan Kerja Komisi X DPR ke Jayapura, Provinsi Papua, Senin (31/10/2016).
Saat memimpin kunjungan itu, Abdul Fikri Faqih menegaskan Papua harus mendapat perhatian khusus dalam beberapa bidang.
Ia menegaskan, khusus untuk bidang pendidikan, perlu adanya komunikasi intensif antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat, agar penyaluran anggaran maupun bantuan, lebih tepat sasaran.
Dalam kesempatan itu, Tim Kunker Komisi X DPR mendapat aspirasi dari pihak SMA 5 Jayapura, terkait bantuan dari Pemerintah Pusat. SMA 5 Jayapura meminta agar ruang kelas direvitalisasi, namun malah mendapat Ruang Kelas Baru (RKB).
“Untuk permasalahan di SMA Negeri 5 Jayapura yang minta revitalisasi gedung, namun mendapatnya malah RKB, mungkin karena keterbatasan anggaran di Kemendikbud atau anggaran yang ada hanya RKB. Namun kalau menghancurkan ruang kelas yang ada, ini tidak sesuai dengan nomenklaturnya,” kata Fikri.
Fikri juga mengaku heran saat sekolah yang minim ruang kelas meminta bantuan revitalisasi gedung yang hanya mendapat bantuan RKB sehingga, bangunan ruang yang sudah ada, kemudian dihancurkan untuk dibangun RKB.
Fikri pun meminta agar komunikasi antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat lebih intensif. Kemudian, perlu adanya bimbingan teknis yang ketat sehingga tidak ada kesalahan pengajuan bantuan dari Pemda ke Pusat.
“Tidak boleh dibiarkan kemudian Kemendikbud dinyatakan salah karena tidak sesuai dengan nomenklatur,” imbuh politisi F-PKS itu.
Sementara terkait aspirasi masih minimnya sarana dan prasarana, khususnya komputer, di SMA YPPK Taruna Dharma, SMK 1 Jayapura maupun SMA 5 Jayapura, Fikri mengaku hal itu sudah seringkali disampaikan Komisi X kepada Mendikbud, saat rapat kerja maupun rapat dengar pendapat.
“Ini sudah berulang-ulang disampaikan saat raker atau RDP, supaya diperhatikan. Karena ketika konteksnya adalah untuk Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), ini rawan, kalau soalnya berbeda tapi bergantian, ini rawan disampaikan dari murid yang sudah ujian duluan ke yang baru akan menjalankan ujian,” khawatir politisi asal dapil Jateng itu.
Sementara itu Anggota Komisi X DPR MY Esty Wijayati mengatakan, permasalahan yang masih dijumpai di Papua adalah minimnya sarana dan prasarana, baik itu ruang kelas, sarana laboratorium, maupun peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan di sekolah.
“Ini hampir di seluruh Papua. Tapi persoalan yang harus segera diatasi, adalah sarana dan prasaran di sekolah pelosok Papua. Kemudian sarana prasarana yang harus kita berikan di seluruh pelosok Papua. Dengan sebaran penduduk yang kadang satu desa hanya 10 KK, kemudian jarak 5 km lagi baru ada penduduk desa lain,” kata politisi F-PDI Perjuangan itu.
Politisi asal dapil DI Yogyakarta itu melihat persoalan di Papua sangatlah kompleks,sehingga dalam memperlakukan dan membuat kebijakan untuk Papua tidak bisa disamakan dengan membuat kebijakan untuk daerah-daerah lain.
Sebelumnya, Kepala Sekolah SMA 5 Jayapura, Agnes, mengatakan sekolahnya membutuhkan beberapa bantuan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, misalnya minim jumlah bis sekolah untuk antar jemput siswa dan guru, termasuk minimnya jumlah komputer.
Ia juga mengeluhkan ruang kelas yang seharusnya cukup direvitalisasi, namun malah mendapat RKB.
Selain mengunjungi tiga sekolah tingkat menengah atas, Komisi X juga menggelar pertemuan dengan Wakil Gubernur Papua beserta jajaran, dan ekonomi kreatif di Jayapura, Papua.
Kunjungan kerja ini juga diikuti oleh Ketua Komisi X DPR Teuku Riefky Harsya (F-PD/dapil Aceh) dan Anggota Komisi X DPR dari F-PDI Perjuangan yakni Asdy Narang (dapil Kalteng), Sofyan Tan (dapil Sumut) dan SB Wiryanti Sukamdani (dapil DKI Jakarta).
Kemudian Bambang Sutrisno (F-PG/dapil Jateng) dan Noor Achmad (F-PG/dapil Jateng). Kemudian dari Fraksi Partai Gerindra yakni Dwita Ria (dapil Lampung), dan Sri Meliyana, (dapil Sumsel).
Berikutnya Edhie Baskoro Yudhoyono (F-PD/dapil Jatim), Rinto Subekti (F-PD/dapil Jateng). Kemudian dari F-PAN ada Laila Istiana (dapil Jateng), dan Yayuk Basuki (dapil Jateng). Kemudian dari F-PKB Lathifah Shohib (dapil Jatim), SY. Anas Thahir (F-PPP/dapil Jatim), Yayuk Sri Rahayuningsih (F-Nasdem/dapil Jatim), dan Dadang Rusdiana (F-Hanura/dapil Jabar). (Pemberitaan DPR RI).