Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Periode Kedua, Presiden Harus Selektif Belanja Infrastruktur

Selama periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo berlangsung, alokasi anggaran infrastruktur yang tinggi tidak berpengaruh signifikan

Editor: Content Writer
zoom-in Periode Kedua, Presiden Harus Selektif Belanja Infrastruktur
DPR RI
Anggota DPR RI Sigit Sosiantomo 

TRIBUNNEWS.COM - Selama periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo berlangsung, alokasi anggaran infrastruktur yang tinggi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan.

Seharusnya, kenaikan anggaran infrastruktur yang tinggi berdampak pada penurunan angka kemiskinan. Mengingat, anggaran infrastruktur dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan pekerja.    

Baca: Hasil Rapat Paripurna ke III DPR RI Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019 – 2020

Anggota DPR RI Sigit Sosiantomo dalam press release yang diterima oleh Parlementaria, Selasa (22/10/2019) mengingatkan, ke depannya pemerintah lebih selektif dalam merencanakan belanja infrastruktur agar bisa membangun Indonesia Maju di 2045 dan menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi dunia.

“Selama periode pertama Pak Jokowi, alokasi anggaran infrastruktur memang naik 100 persen dari Rp 206,6 triliun di tahun 2014 menjadi Rp 415 triliun di tahun 2019. Dan kita apresiasi itu. Sayangnya, kenaikan anggaran infrastruktur itu tidak diikuti dengan penurunan angka kemiskinan yang signifikan, hanya 1,55 persen dan angka pertumbuhan stagnan di 5 persen. Ini sangat menyedihkan,” ujar Sigit.

Menurut Sigit, dari pengalamannya menjabat sebagai Anggota DPR RI selama dua periode, pertumbuhan ekonomi 5 persen tidak cukup untuk menurunkan angka kemiskinan secara signifikan. Termasuk, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan membebaskan rakyat dari biaya pendidikan dan memberikan jaminan kesehatan.

“Jadi ke depan, peningkatan anggaran infrastruktur harus diikuti dengan perencanaan yang matang dan selektif. Uangnya mau dialokasikan untuk infrastruktur yang seperti apa sehingga bisa benar-benar dirasakan manfaatnya,” tutur legislator Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) ini.

Di sisi lain, tandas Sigit, pakar ekonomi berteori tentang ekonomi maritimlah yang akan membuat Indonesia maju. Tapi, menurut Sigit, faktanya biaya pelabuhan dan transportasi laut belum menjadi berita yang menggembirakan. Disparitas harga dan angka kecelakaan masih tinggi dan  konektivitas antar pelabuhan yang melayani pulau-pulau terpencil masih menjadi persoalan yang memprihatinkan.

Baca: Hadiri Rapat Paripurna Ke-3 DPR RI, Mulan Jameela Curi Perhatian karena Dress Glamor di Tubuhnya

BERITA REKOMENDASI

Untuk itu, Sigit menyarankan agar peningkatan anggaran infrastuktur maritim menjadi prioritas dalam program pembangunan infrastruktur Jokowi di periode kedua ini. “Persoalan itu harus dipikirkan oleh Presiden dan Menterinya serta para pakar ekonomi untuk merubah alokasi anggaran.

Sehingga, bisa menjadi trigger pelompatan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7-8 persen per tahun dan bisa menjadikan Indonesia sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi dunia,” pungkas Sigit. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas