Junjung Tinggi Toleransi, Jazuli Juwaini Kutuk Keras Aksi Bakar Alquran di Swedia
Aksi pembakaran kitab suci Alquran di Swedia menuai kutukan keras dari Anggota Komisi I DPR RI, Jazuli Juwaini.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Aksi pembakaran kitab suci Alquran di Swedia menuai kutukan keras dari Anggota Komisi I DPR RI, Jazuli Juwaini. Menurutnya, pembakaran Alquran bukan pertama kali terjadi di Swedia maupun beberapa negara Eropa. Ia menilai tindakan tersebut melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia yang baru saja memperingati hari raya Iduladha.
Diketahui, pembakaran Alquran terjadi saat sekolompok massa menggelar aksi unjuk rasa di depan masjid pusat di Stockholm, Swedia saat perayaan Iduladha (29/6/2023). Satu dari dua pengunjuk rasa melakukan aksi merobek dan membakar Alquran sebagai bentuk pertentangan terhadap Islam.
“Pembakaran kitab suci Alquran adalah tindakan yang biadab dan tidak bisa ditolelir atas nama apapun, apalagi atas nama kebebasan berekspresi dan hak asasi. Swedia harus mengambil tindakan tegas agar hal itu tidak terus berulang,” ungkap Jazuli dalam keterangan tertulis yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Minggu (2/7/2023).
Anggota Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI ini mengatakan sangat disayangkan hal itu terjadi di negara yang notabene negara maju yang harusnya bersikap lebih dewasa dan beradab. Ia menegaskan, peradaban tidak bisa dibangun di atas dasar kebencian dan intoleransi. Sikap hipokrit tersebut sama sekali tidak mencerminkan peradaban modern.
“Indonesia sebagai negara mayoritas muslim sangat kecewa atas intoleransi yang provokatif tersebut. Protes resmi telah dilayangkan Kementerian Luar Negeri dan berbagai kalangan. Ini menunjukkan kecintaan Indonesia pada perdamaian dan peradaban dunia yang bermartabat,” ungkap Politisi Fraksi PKS ini.
Oleh karena itu, Anggota DPR Dapil Banten ini mengajak negara-negara Barat yang dinilai menjunjung tinggi hak asasi dan toleransi, agar terus meningkatkan kesadaran warganya tentang pentingnya toleransi, serta melawan segala bentuk Islamophobia termasuk phobia pada agama apapun di dunia.
“Sebagai warga dunia kita butuh suasana dunia yang aman, tenang, bebas konflik dan kondusif. Maka seluruh warga masyarakat dunia harus kompak mengutuk hal-hal yang bisa memicu konflik horizontal,” pungkas Jazuli.(*)