Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Adu Penalti dan Kegagalan Kultur Bersepakbola Inggris

Tidak memenangi gelar apa pun sejak menjuarai Piala Dunia 1966, Inggris seharusnya tidak terkejut ketika kalah dari Italia

zoom-in Adu Penalti dan Kegagalan Kultur Bersepakbola Inggris
AFP/DAMIEN MEYER
Striker Inggris, Wayne Rooney menutup wajahnya usai Inggris tersingkir lewat drama adu penalti di perempatfinal Euro 2012, Minggu (24/6/2012) atau Senin dini hari WIB. (AFP PHOTO/DAMIEN MEYER) 

TRIBUNNEWS.COM – Tidak memenangi gelar apa pun sejak menjuarai Piala Dunia 1966, Inggris seharusnya tidak terkejut ketika kalah dari Italia melalui adu penalt di Euro 2012, Senin (25/6/2012). Karena tersingkir melalui adu kepiawaian kiper itu sudah menjadi langganan Three Lions sejak tahun 1990.

Pada Piala Dunia 1990 itu, Inggris dipaksa pulang akibat kalah dari Jerman Barat melalui proses ini. Bermain 1-1 melalui gol Gary Lineker dan Andreas Brehme, Inggris pun mengikuti proses penuh kutukan ini, dan ternyata dua pemainnya yaitu Chris Wade dan Stuart Pearce gagal memasukkan bola dari lima kesempatan. Jerman Barat pun menang 4-3.

Sejak itu pula media-media Inggris yang nyinyir tidak bosan menjual tulisan bernada kecewa kepada publik. Begitu juga usai dikalahkan Italia kemarin, hampir semua media di sana melontarkan cercaan.

"Serius, apakah kita tidak bisa menemukan cara lain untuk menentukan hasil fase knockout yang melibatkan Inggris?" kecam Shaun Curtis dalam tajuknya Ash'N Burn di The Sun. "Melempar koin, menarik jerami, menggunting kertas, sumpit barangkali. Atau cara apa pun kecuali adu penalti. Rasa sakitnya terlalu dalam, beban psikisnya besar."

Kolumnis sepakbola Sam Wallace juga menulis di The Independent: Setelah pergantian pelatih (Inggris), para pemain datang dan pergi namun skala prediktabilitas membosankan yang mengiringi kekalahan dalam penalti, tetap sama. Kata-kata yang sedikit melegakan, mungkin, adalah bahwa setidaknya Inggris-lah yang pantas kalah di pertandingan ini."

Kritik yang paling merendahkan sepakbola Inggris adalah tulisan jurnalis The Telegraph, Hanry Winter. Henry tidak menyalahkan kutukan yang menyertai timnas Inggris, melainkan menyalahkan kekurangan 'kultur bersepakbola' di Inggris.

"Hasil ini rangkaian kehancuran yang sudah diperkirakan sebelumnya, kegagalan untuk mempersiapkan diri dengan semestinya. Kekalahan penalti yang pantas diperoleh melalui tujuh tendangan dari tujuh pemain cadangan, menunjukkan kemunduran teknik bermain. Yang menyakitkan, ini juga menunjukkan kemunduran sepakbola Inggris selama dua jam menonton perempatfinal," tulis Henry.

Berita Rekomendasi

"Berarti kekalahan ini bukan kelanjutan kutukan, ini adalah persoalan dalam kultur bersepakbola. Inggris mungkin sudah banyak berlatih penalti, tetapi kekurangannya lebih parah," lanjutnya. (dey)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas