Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bagaimana Jemaah Haji yang Sedang Sakit Melakukan Wukuf di Arafah? Begini Mekanisme dan Syariatnya

-Jemaah haji wajib menjalani Wukuf di Padang termasuk juga mereka yang sedang sakit saat hari wukuf di Arafah.

Penulis: Husein Sanusi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Bagaimana Jemaah Haji yang Sedang Sakit Melakukan Wukuf di Arafah? Begini Mekanisme dan Syariatnya
net
Ilustrasi wukuf di Arafah, Makkah, Arab Saudi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Muhammad Husain Sanusi Dari Makkah

TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH -Jemaah haji wajib menjalani Wukuf di Padang termasuk juga mereka yang sedang sakit saat hari wukuf di Arafah.

Nah, bagaimana mekanisme dan syariatnya?

Bagi mereka yang sakit mekanisme wukufnya sudah diatur dengan cara safari wukuf.

Mengingat semakin dekatnya hari wukuf di Arafah, petugas haji Indonesia mulai melakukan persiapan dan survei awal khususnya jalur-jalur yang akan dilalui untuk kegiatan safari wukuf.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019 melakukan survei jalur yang akan dilalui kafilah dalam safari wukuf di Arafah.

Baca: Kapan Idul Adha 2019? Kemenang Gelar Sidang Isbat Menentukan Awal Zulhijjah 1440 Hijriyah 1 Agustus

Baca: Jelang Idul Adha, Jangan Ketinggalan Ibadah Sunah Puasa Tarwiyah dan Arafah, Ini Pahala dan Niatnya

“Hari ini kami sedang survei, jalur yang akan kita lalui untuk kafilah safari wukuf. Saat ini kami berada di tempat yang akan digunakan untuk safari wukuf. Jemaah kita akan wukuf di tempat ini.

Berita Rekomendasi

Dan akan dibimbing oleh konsultan kita,” kata Kepala Bidang Pembinaan Ibadah Haji PPIH Arab Saudi 2019 Ali Zawawi.

Ia mengatakan, secara teknis perjalanan safari wukuf akan dimulai dari tempat jamaah sakit dirawat yakni di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).

Ilustrasi Jemaah Haji yang Tengah Wukuf di Padang Arafah.
Ilustrasi Jemaah Haji yang Tengah Wukuf di Padang Arafah. (Tarbiyah)

“Perjalanan mulai dari KKHI Mekkah. Di depan KKHI di Mekkah. Jamaah kita persiapkan di sana. Persiapan ikhram dan bersuci dan niat. Kemudian pakai pakaian ihram ada di sana semuanya,” katanya.

Pada kesempatan yang sama Konsultan Ibadah Daerah Kerja Mekkah Ahmad Kartono menegaskan safari wukuf secara hukum syariat dibenarkan melalui sejumlah kriteria yakni pertama mereka yang sakit dirawat di KKHI Mekkah setelah melalui proses identifikasi.

“Jadi ada semacam seleksi untuk jamaah yang memungkinkan safari wukuf. Baru kemudian jumlahnya ditentukan sesuai kapasitas di KKHI.

Baca: INFO HAJI - Daftar Jemaah Meninggal di Tanah Suci Bertambah Menjadi 30 Orang, Ini Datanya

Dan secara hukum pelaksanaan safari wukuf di benarkan dari sisi syariatnya. Karena mereka masuk wilayah Arafah, sekalipun beberapa saat. Sekitar 3 jam. Ini sah menurut hukum,” katanya.

Teknisnya, proses pemberangkatan pada jam 11 dari KKHI dengan perjalanan sekitar 30 menit.

“Tiba di Arafah di pinggir jalan yang sedang disurvei ini. Insyallah tahun ini pakai jalan ini karena akses mudah. Tinggal maju sedikit dan belok kanan, kembali ke KKHI,” katanya.

Dalam proses safari wukuf bagi jamaah yang mengikutinya, setelah tiba di Arafah kegiatan ibadahnya dibimbing oleh konsultan dan pembimbing ibadah.

Kegiatan dimulai dengan melakukan khutbah wukuf di masing-masing bus yang diisi dan disiapkan petugas untuk melakukan bimbingan.

“Kemudian khutbah dilakukan kurang lebih 10 menit. Setelah itu salat sambil duduk di atas kendaraan dibimbing pembimbing ibadah dan konsultan.

Setelah salat selesai, duhur dan asar di jamak takdim dan qasar. Dilanjutkan berzikir dituntun bagaimana dapat merasakan adanya wukuf di Arafah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah,” katanya.

Identifikasi Jemaah yang Sakit
Sampai saat ini, pasien yang akan mengikuti safari wukuf masih dalam proses identitifikasi.
Tahun lalu kurang lebih 200 orang jamaah safari wukuf dan pemerintah menegaskan selalu siap memfasilitasi kegiatan tersebut.

Safari wukuf dimulai jamaah Indonesia pada 1985-1986. Proses pelaksanaan haji jamaah sakit ini kemudian diikuti negara lain termasuk oleh RS Arab Saudi.

Karena cara seperti ini dianggap dapat memudahkan jamaah yang sakit untuk dapat memenuhi rukun haji.

“Wajib hajinya mereka kan sudah melakukan kemudian sakit. Maka rukun hajinya wukuf di Arafah ini dengan tim safari wukuf. Kelanjutannya kewajibannya jika ringan akan melakukan sendiri. Atau dibantu ketua regu,” katanya.

Pemasangan instalasai AC di Padang Arafah, Kamis (27/7/2019).
Pemasangan instalasai AC di Padang Arafah, Kamis (27/7/2019). (Tribunnews/Bahauddin/MCH2019)

Persiapan di Arafah
Sekitar dua pekan lagi puncak pelaksanaan ibadah haji yakni wukuf di Padang Arafah akan tiba.

Seluruh jemaah haji dari berbagai belahan dunia akan melakukan wukuf di Padang Arafah saat itu.

Bagaimana persiapan di Padang Arafah? Wartawan Tribunnews.com, Muhammad Husain Sanusi melaporkan dari Tanah Suci, menyebutkan pemerintah telah melakukan survei di lokasi wukuf di Arafah.

Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Nizar Ali di Arafah, Sabtu (27/7/2019), meninjau persiapan pelayanan bagi jemaah haji Indonesia agar saat wukuf bisa berjalan dengan baik di Arafah.

Ia mengatakan survei awal di Armuzna perlu dilakukan untuk memastikan layanan bagi jamaah berjalan dengan baik saat pelaksanaan.

“Ini bagian dari namanya survei awal, untuk memastikan para pekerja sudah bekerja dengan baik. Kemudian unit-unit yang menjadi kebutuhan kita, termasuk AC dan pemasangannya, itu harus kita pastikan siap,” katanya.

Ia memimpin langsung peninjauan tersebut dengan diserta rombongan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019.

Nizar meninjau tenda-tenda di Arafah dan melihat langsung para pekerja yang masih memasang instalasi AC, air, kabel, dan karpet.

Bahkan beberapa tenda untuk petugas misalnya sampai dua pekan menjelang puncak haji masih belum terpasang.

Namun Nizar memastikan persiapan sampai saat ini telah mencapai 90 persen.

“Sudah 90 persen. Dan nanti pada survei yang kedua, kita akan uji coba ada di dalam tenda kemudian AC dinyalakan, apakah betul-betul sudah berfungsi dengan baik apa tidak. Nanti kalau survei kedua kita siang hari jadi jam 12 sampe jam 1, untuk memastikan ac nya berfungsi dengan baik,” katanya.

Sementara survei ketiga akan dilakukan pada hari-hari akhir menjelang wukuf di Arafah, dan menjelang mabit di Mina dan Muzdalifah.

“Kalau tenda itu (kapasitasnya berbeda) setiap maktab, karena ada ukurannya 15 x 15 (meter), ada ukurannya 10 x 15, tetapi yang pasti bahwa kita pastikan jamaah itu spacenya berapa, rata-rata itu 1,3 meter kalo di Arafah, jadi masih longgar dalam konteks ini,” katanya.

Ia menekankan jumlah ruang tenda dan kapasitasnya sangat tergantung dari tempat yang disediakan oleh Muassasah, apalagi karena maktab-maktab berbeda-beda luasanya.

Mengapa maktab berbeda?

Ini karena satu zonasi ini luasnya beda juga, tergantung jumlah space dan tenda yg disiapkan pihak muassasah.

Tim Mobile Crisis Satuan Haji menggelar simulasi operasi Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna) langsung dari tiga lokasi pelaksanaan puncak haji pada Minggu (14/7/2019). Di bawah terik matahari suhu 41 derajat celcius Satops Armuzna dipimpin Kepala Satops Armuzna, Jaetul Muchlis. 
( Tribunnews/Bahauddin/MCH2019)
Tim Mobile Crisis Satuan Haji menggelar simulasi operasi Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna) langsung dari tiga lokasi pelaksanaan puncak haji pada Minggu (14/7/2019). Di bawah terik matahari suhu 41 derajat celcius Satops Armuzna dipimpin Kepala Satops Armuzna, Jaetul Muchlis. ( Tribunnews/Bahauddin/MCH2019) (Tribunnews/Bahauddin/MCH2019)

Penomoran Tenda Jemaah di Arafah dan Mina

Pihak Muassasah (semacam organisasi pemandu penyelenggaraan ibadah haji) Asia Tenggara menyetujui konsep penomoran tenda jemaah Indonesia di Arafah dan Mina pada puncak haji1440H/2019M mendatang. Hal ini diungkapkan Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, di Makkah.

"Kemarin kami, dipimpin Dirjen PHU telah bertemu dengan pihak Muassasah Asia Tenggara untuk membahas persiapan Armuzna (Arafah Muzdalifah dan Mina). Dan mereka menyetujui konsep penomoran tenda yang akan kita lakukan," tutur Sri Ilham, Sabtu (27/07).

Sri Ilham menuturkan, inisiasi penomoran ini dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi jemaah untuk mengenali tempat tinggal nya selama masa puncak haji (masyair).

Di samping itu, ini juga diharapkan dapat memudahkan petugas untuk memberikan pelayanan selama masyair.

Rapat yang dilakukan di lantai 18 Kantor Muassasah ini menurut Sri dihadiri Ketua PPIH Arab Saudi, Pengendali Teknis, Kadaker, serta para Kabid PPIH. Ia menambahkan, untuk keperluan penomoran, PPIH akan melakukan mapping posisi tenda.

"Dari denah tenda Armina yg diberikan Muassasah kita maping tuk penempatan kloter-kloter sesuai dengan kapasitas tenda. Kita yg memberikan nomor-nomor tenda ke Muassasah termasuk stiker nomornya," tutur Sri Ilham.

"Selama ini penempatan jemaah di Armina diserahkan kepada ketua maktab dan kloter sehingga tidak ada standar," imbuhnya.

Sri Ilham juga menyampaikan dengan adanya penomoran tenda sesuai dengan kapasitas kloter, maka dapat diprediksi luasan ruang yang diberikan bagi tiap jemaah baik di Arafah maupun di Mina.

Kepada jemaah, Sri Ilham juga mengingatkan agar jemaah selalu menggunakan gelang yang diberikan muassasah.

"Pihak muassasah juga meminta kepada jemaah haji Indonesia agar tetap memakai gelang identitas yang diberikan oleh Muassasah," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas