Jemaah Haji Minta Sarapan Nasi ke Menteri Agama
Amirul Hajj yang juga Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin menerima keluhan jemaah haji Indonesia yang menginginkan sarapan nasi
Penulis: Husein Sanusi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Muhammad Husain Sanusi Dari Makkah
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH – Amirul Hajj yang juga Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin menerima keluhan jemaah haji Indonesia yang menginginkan sarapan nasi di pagi hari.
Sejauh ini menu layanan katering bagi jemaah haji selama di tanah suci memang belum menyediakan menu sarapan nasi karena adanya beberapa kendala terutama budaya orang Arab Saudi yang tak mengenal istilah sarapan dengan makanan berat.
Lukman mendengar curhatan sejumlah jemaah haji dari Embarkasi Solo (SOC) Jawa Tengah saat dia mengunjungi hotel jemaah haji di kawasan Jarwal.
“Sejauh ini memang makan yang didistribusikan kepada jamaah memang untuk makan siang dan makan malam. Sementara untuk makan pagi kita siapkan roti dengan perlengkapan untuk membuat teh dan membuat kopi begitu selama di Mekkah,” kata Lukman.
Baca: Ketika Amirul Hajj Merasakan Langsung Bus Shalawat Bersama Jemaah Haji Merasakan Kepadatan Makkah
Baca: Jemaah Haji Asal Kudus Tak Menyangka Bisa Salat Magrib Bareng Menag di Masjidil Haram
Pada saat peninjauan, Menag masuk ke kamar jemaah dan berdialog dengan penghuni kamar tersebut.
Lukman bertanya soal layanan hotel, air minum, hingga toilet, kemudian konsumsi yang didapatkan jemaah.
Ketika itu, sejumlah jemaah haji menyampaikan keinginan mereka untuk bisa mendapatkan sarapan berupa nasi bukan roti.
“Jadi memang ada masukan dari jamaah bagaimana kalau makan sehari tiga kali tentu ini akan menjadi perhatian kita. Tapi problemnya pada distribusinya untuk menu roti itu kita distribusikan pada saat makan malam, mendistribusikannya,” katanya.
Baca: Kisah Pilu Calon Jemaah Haji, Lunasi Biaya Haji Plus Ratusan Juta, Gagal ke Tanah Suci
Lukman Hakim mengatakan selama ini perusahaan katering yang menjadi rekanan di Arab Saudi kerap kali kesulitan dalam soal distribusi makanan kepada jemaah.
“Kalau harus ada makan pagi itu berarti setiap perusahaan katering harus mendistribusikan tiga kali dalam sehari sesuatu yang memang tidak mudah mengingat kondisi kota Makkah sangat padat khususnya hari-hari menjelang wukuf. Ini tentu menjadi masukan yang harus dipertimbangkan,” katanya.
Oleh karena itu, Menag berharap jemaah dapat memahami keterbatasan tersebut dan pihaknya akan menjadikan masukan tersebut sebagai evaluasi agar ke depan pelayanan dalam penyelenggaraan haji dapat lebih dioptimalkan.