Wukuf di Arafah Dipandang Dari Sudut Ilmu Tasawuf
Beliau mendekat dan membanggakan mereka yang wukuf di Arafah ,kepada para malaikat
Editor: Husein Sanusi
Catatan KH Ahmad Wazir Ali, Konsultan Ibadah PPIH Arab Saudi
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Rasulullah Saw,menjelaskan posisi dan kedudukan wukuf di Arafah,dlm sabdanya : haji itu intinya ( puncaknya ) ya wukuf di Arafah.
Arafah berati tahu atau kenal,karena di lokasi inilah tempat pertemuan nabi Adam dan ibu Hawa,yg mana sebelumnya mereka berpisah sangat lama.
sewaktu turun dari surga ,nabi Adam turun di India dan ibu Hawa turun di Jeddah,( menurut sebagian versi sejarah ).
Mereka saling mencari dan akhirnya saling melihat dan mengenal di lokasi ini,persisnya di Jabal Rahmah,setelah bertemu kembali mereka berkumpul dan menetap di Makkah ,lalu mengembangkan keturunannya di sana.
Peristiwa pertemuan di lokasi ini di abadikan setiap tahun oleh nabi Adam ,dan di teruskan oleh keturunannya sebagai ibadah,kemudian di sahkan dan di tetapkan sebagai ibadah ( wukuf ) ,sampai sekarang.
Di Arafah di para tamu tamu Allah azza wa jalla,melepaskan diri dari atribut atribut dunyawi,sekat sekat sosial telah meleburkan diri, tidak mengenal jabatan, kedudukan, dan kekuasaan, semua sama di hadapan Allah azza wa jalla,yang berkulit hitam dan putih,yang elite dengan yang biasa strata sosialnya,mereka berkumpul menjadi satu , di tengah tengah gunung dengan bebatuannya, di tengah tanah lapang dengan bentangan.
Dataran tanahnya,di tengah hamparan pasir dg kerikilnya,di tengah terik matahari serta panasnya, mereka merunduk,berdzikir,bermunajat,bertakbir,bertahmid,menyanjung nyanjung kebesaran Allah azza wa jalla, berdo'a dengan penuh kekhususan,sehingga pancaran cahaya ilahi ,bebas menembus relung relung hati hambanya, hubungan kemesraan , dan makrifat tumbuh menguat.
Di sini tubuh tubuh yg berhimpun dan menyatu dg hati yg penuh penyesalan atas dosa dosa, maksiat yang pernah ia lakukan,mereka berharap ampunan Allah azza wa jalla, dan cemas atas terkabulnya ibadah dan manasik mereka,terlihat wajah wajah yg kumus kumus,rambut yang awut awutan, tangan tangan yang terangkat ke atas ,lesan lesan yg terus dzikir, do'a, permohonan dan harapan di panjatkan kepada Allah azza wa jalla.
Di Arafah inilah miniatur hari Mahsyar, ketika mereka harus mempertanggung jawabkan amal perbuatannya di hadapan mahkamah agung, azza wa jalla.
Jama'ah akan tergerak untuk merenungkan nasibnya masing masing,di hari qiamat nanti.
Beratus ratus, beribu ribu tahun di tengah teriknya matahari,mereka bersusah payah, mencari sosok yg bisa di mintai syafa'at ( pertolongan ) , nanti di hari qiamat.
Pada hari Arafah yg suci dan sakral ini,setiap jama'ah haji di harapkan menampilkan sikap, perilaku serta hati yang tulus, penuh rasa kepatuhan,ketundukan serta kepasrahan, mohon pengampunan dosa,harapan akan terkabulnya manasik ,serta do'a do' a dan harapan.
Diharapkan juga menjauhi sikap dan perilaku maksiat yg tercela, dengan cara berusaha menjaga panca inderanya,dan seluruh gerakan tubuh dari maksiat kepada-nya.
Pada sore hari itu ,Allah azza wa jalla ,memperlihatkan dg cermat,keadaan para peserta wukuf dlm hadisnya :
ما رؤى الشيطان يوما هو فيه أصغر ولا ادحر ولا احقر ولا اغبط منه من يوم عرفة وما ذاك إلا لما يرى من تنزيل الرحمة وتجاوز الله عن الذنوب العظام.
Imam Malik meriwayatkan sebuah hadis :
Tidak ada hari di mana setan terlihat menjadi lebih kecil, lebih lemah, lebih hina dan lebih jengkel melebihi keadaannya pada hari arofah.
Demikian itu karena dia melihat turunnya rahmat dan ampunan Allah azza wa jalla terhadap dosa dosa besar.
Di lain hadis di terangkan :
ألا إن لكل وفد جائزة وهؤلاء وفدى جاؤنى شعثا غبرا أعطوهم ما سألوا واخلفوا لهم ما أنفقوا.
Ingatlah,bahwa layaknya setiap tamu yg datang itu memperoleh hadiah.
Dan mereka itu ( para jama'ah yg sedang wukuf ) adalah tamu tamuku yang datang dalam keadaan kusut, berdebu.
Wahai para malaikat,berikan kepada mereka apa yang mereka minta, dan berikan ganti untuk mereka ongkos, biaya yang mereka keluarkan.
Ibnu Al Mubarak ,datang menemui Shufyan Assauri ,sore hari Arafah,dia sedang khusyu' berzikir, sambil bercucuran air matanya,lalu dia menoleh ke arahku ,lalu aku katakan kepadanya : siapa manusia sebanyak itu yg paling buruk kondisinya ? dia menjawab : orang paling buruk dari sekian banyak manusia ini adalah : orang yg menyangka bahwa Allah azza wa jalla tidak mengampuninya.
Tampaknya pada hari Arafah ,Allah azza wa jalla,begitu dekat dengan hambanya,untuk memberikan ampunan,mengabulkan permintaan hambanya,membebaskannya dari api neraka.
Ini sejalan dg hadis nabi berikut :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما من يوم أكثر من أن يعتق الله فيه عبدا من النار من يوم عرفة ،وإنه ليدنو ثم يباهى بهم الملائكة
Rasulullah Saw bersabda : tidak ada hari di mana Allah azza wa jalla,lebih banyak membebaskan hambanya dari siksa neraka ,dari pada yg beliau lakukan di hari Arafah.
Beliau mendekat dan membanggakan mereka yang wukuf di Arafah ,kepada para malaikat.