Buntut Kudeta Myanmar: Warga Sipil Demo Pakai Panci, Akses Facebook Diblokir Militer
Kudeta yang dilakukan Militer Myanmar berbuntut panjang, diketahui militer telah memblokir jaringan sosial media Facebook.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Sri Juliati
Pria kelahiran 3 Juli 1956 tersebut merupakan seorang Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar.
Baca juga: Politik Myanmar Memanas, Kementerian Luar Negeri RI Imbau bagi WNI
Baca juga: Rekam Jejak Aung San Suu Kyi, Tokoh Nasional Myanmar yang Ditangkap Militer
Dia diangkat menjadi panglima tertinggi pada 30 Maret 2011.
Dikutip dari The Guardian, Min Aung Hlaing pria berusia 64 tahun tersebut, sempat belajar hukum di Universitas Yangon pada 1972-1974.
"Dia orang yang tidak banyak bicara dan biasanya tidak menonjolkan diri," kata seorang teman.
Sementara saat rekan-rekannya dan siswa lain bergabung dengan demonstrasi, Min Aung Hlaing membuat aplikasi tahunan untuk masuk ke universitas militer utama, Akademi Layanan Pertahanan (DSA).
Dirinya baru berhasil memasukinya setelah berhasil pada upaya ketiganya, yakni tahun 1974.
Menurut seorang anggota kelas di DSA, pada tahun 2016 dirinya sempat bertemu dengan Min Aung Hlaing pada reuni kelas tahunan, dan dirinya mengatakan Min adalah seorang kadet biasa.
"Namun dia dipromosikan secara teratur," kata teman sekelasnya.
Hingga rekannya tersebut pun terkejut melihat Min Aung Hlaing naik melebihi pangkat menengah korps perwira.
Min Aung Hlaing mengambil alih menjalankan militer pada tahun 2011 saat transisi menuju demokrasi dimulai.
Para diplomat di Yangon mengatakan bahwa dengan dimulainya masa jabatan pertama Suu Kyi pada tahun 2016, Min Aung Hlaing telah mengubah dirinya dari tentara pendiam menjadi politisi dan tokoh masyarakat.
Pengamat mencatat penggunaan Facebook untuk mempublikasikan kegiatan dan pertemuan dengan pejabat dan kunjungan ke biara.
Baca juga: Bangladesh Berharap Myanmar Komitmen Urusi Repatriasi Pengungsi Rohingya Meski Ada Kudeta
Profil resminya menarik ratusan ribu pengikut, sebelum pada akhirnya diturunkan setelah serangan militer terhadap minoritas Muslim Rohingya pada 2017.
Min Aung Hlaing mempelajari transisi politik lainnya, kata para diplomat dan pengamat.