Terpeleset di Masjidil Haram, Jemaah Haji Lansia Asal Indonesia Alami Patah Tulang
Di hari ke-14 penyelenggaraan haji, KKHI Makkah sudah menangani lima kasus jemaah haji yang terjatuh dan mengalami cedera.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah jamaah haji lanjut usia tahun ini paling tinggi jika dibandingkan 4 tahun terakhir yakni sebanyak 66.943 orang atau sekitar 45,7 persen.
Dengan tingginya angka jemaah haji lansia maka risiko timbulnya masalah kesehatan juga meningkat.
Masalah kesehatan tidak hanya berupa penyakit, namun juga bisa berupa risiko cedera akibat jatuh saat menjalani ibadah.
Hingga penyelenggaraan haji di hari ke-14, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah sudah menerima jemaah haji yang mengalami cedera karena jatuh sebanyak lima kasus.
Selasa, 6 Juni 2023 KKHI Makkah kembali menerima jemaah haji yang mengalami cedera karena terjatuh.
Dahlia Binti Awi jemaah haji asal kloter JKS 4 yang berusia 70 tahun mengalami patah tulang di pergelangan tangan kanan.
Dahlia mengaku terpeleset saat menjalankan ibadah di Masjidil Haram.
“Saya terpeleset saat berjalan di Masjidil Haram. Kata dokter tulang saya patah dan butuh dioperasi. Tapi saya tidak mau dioperasi,” kata Dahlia pada keterangannya, Kamis (8/6/2023).
Baca juga: Jemaah Lansia Ada yang Mengalami Demensia di Makkah, Sebaiknya Jangan Punya Pikiran Berat
Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT (K) dokter spesialis orthopedi di KKHI Makkah menjelaskan pasien mengalami patah tulang di bagian distal radius atau pergelangan tangan disertai dengan pergeseran tulang atau dislokasi.
Prosedur tetap penanganan kasus ini adalah melalui operasi pemasangan pen.
Opsi kedua yang disarankan oleh dr. Sakti dalam penanganan kasus tersebut yaitu dengan reposisi tulang lalu dilanjutkan dengan pemasangan gips.
“Sebenarnya protapnya harus dilakukan operasi pemasangan pen, hanya saja pasien menolak. Oleh karenanya diambil opsi kedua yaitu mengembalikan tulang ke posisinya kemudian dipasang gips,” ungkap dr. Sakti.
dr. Sakti menyampaikan bahwa lama penyembuhan kasus ini sangat berkaitan dengan usia.
Proses perekatan tulang akan lebih cepat kurang lebih dalam waktu satu minggu sudah mulai merekat.
Berbeda dengan pasien yang lansia, proses perekatan tulang bisa memakan waktu empat hingga 5 bulan.
Secara alami jika tulang manusia patah akan mengeluarkan sejenis lem/getah dan akan mengering kemudian merekatkan tulang bergantung pada usia pasien.
"Jika pasien usia masih muda dalam waktu satu minggu pastinya akan lengket. Namun pada Lansia, perekatan tersebut bisa memakan waktu hingga 4 sampai 5 bulan,” tutur dr. Sakti.
Di lokasi berbeda, dr. Iswahyudi Nurdin Mamba, Sp.OT dokter spesialis orthopedi di KKHI Madinah membeberkan hingga hari ke-14 sudah menangani 7 kasus patah tulang dan seluruhnya dialami oleh jemaah haji Lansia.
Seluruh kasus ini telah dirujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) di Madinah untuk penanganan lebih lanjut.
dr. Iswahyudi menyampaikan bahwa jemaah haji lansia memang berisiko tinggi untuk kehilangan keseimbangan dan kemudian terjatuh.
Biasanya hal ini dipicu beberapa faktor seperti pengelihatan yang mulai terganggu di usia tua.
Selain itu pada usia tua, koordinasi keseimbangan sudah mulai terganggu dan kekuatan otot juga lebih lemah jika dibandingkan dengan jemaah haji yang lebih muda.
Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti penglihatan yang mulai terganggu.
Lalu bisa karena koordinasi keseimbangan mulai terganggu.
"Selanjutnya karena kekuatan otot pada usia tua lebih lemah, sehingga bisa menyebabkan jemaah haji Lansia beresiko tinggi untuk kehilangan keseimbangan dan terjatuh,” kata dr Iswahyudi.
Lebih lanjut, dr. Sakti pun menyampaikan pesan bagi jamaah haji khususnya lansia agar berhati-hati saat berjalan.
Tidak perlu terburu-buru karena yang terpenting adalah mencegah jangan sampai terjatuh.
Selain itu jamaah haji juga diimbau untuk mencukupi cairan dengan minum sebelum haus.
Jamaah haji dengan kondisi dehidrasi bisa mengakibatkan kurang konsentrasi dan hilang keseimbangan sehingga mudah terpeleset atau terjatuh.
“Kondisi dehidrasi mudah menimbulkan kondisi kurang konsentrasi dan hilang keseimbangan sehingga mudah terpeleset dan terjatuh,” pungkasnya.