Banyak Napi Kabur, WNI di Mesir Kecurian Motor
Mesir setelah revolusi penggulingan pemerintahan rezim Hosni Mubarok tidak bisa dikatakan sepenuhnya aman.
Penulis: Husein Sanusi
Editor: Ade Mayasanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, KAIRO - Mesir setelah revolusi penggulingan pemerintahan rezim Hosni Mubarok tidak bisa dikatakan sepenuhnya aman. Bahkan tidak kriminalitas di Negeri Piramida itu dikabarkan meningkat tajam.
"Pemerintahan di Mesir saat ini belum ada kepastian setelah revolusi berakhir. Perekonomian di Mesir juga tengah jatuh hingga muncul masalah-masalah sosial seperti tindakan kriminalitas yang meningkat tajam," kata Mahasiswa Program Doktoral Universitas Al Azhar Mesir, Muhammad Saefuddin, kepada Tribunnews, Sabtu (10/9/2011).
Setelah rezim Hosni Mubarok lengser, pemerintahan Mesir saat ini memang dikendalikan oleh Dewan Agung Militer sambil menunggu Pemilihan Umum berlangsung. Parahnya, menurut Saefuddin, tingginya angka kriminalitas disebabkan banyaknya narapidana yang kabur dari penjara.
"Ada puluhan ribu narapidana yang sebelumnya mendekan di penjara kabur dari penjara. Mereka kini berkeliaran dan melakukan tindak kejahatan seperti pencurian dan penjambretan dimana-nama. Sudah banyak WNI yang kehilangan motor karena dicuri oleh mereka," kata Mahasiswa asal Jepara, Jawa Tengah tersebut.
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir dan Ilmu Al Quran itu menambahkan, perampokan terhadap barang-barang berharga juga kerap dialami WNI yang ada di Mesir yang mayoritas adalah mahasiswa penuntut ilmu di Negeri Piramida tersebut.
"Kondisi keamanan di Mesir saat ini bisa dikatakan semu. Kelihatan dari luar aman tapi tiba-tiba terjadi kerusuhan. Untuk itu, kami semua selalu waspada saat berpergian keluar rumah. Kami tidak pernah membawa barang-barang berharga dan selalu mengunci rapat pintu rumah kami," ujar Saefuddin.
Mesir saat ini kembali bergejolak setelah terjadi aksi demonstrasi besar-besaran anti Israel. Kerusuhan ini dipicu meninggalnya lima aparat kepolisian Mesir yang tertembak mati pada Jumat (9/9/2011) malam waktu setempat. Israel menolak meminta maaf atas kejadian ini meski disinyalir mereka yang melakukan penembakan.