TRIBUNNEWS.COM - Rusia dan China kembali memveto resolusi PBB yang didukung negara-negara Barat pada Kamis, (19/7/2012), untuk menekan Presiden Bashar Assad agar segera mengakhiri eskalasi konflik di negara itu yang sudah berlangsung selama 16 bulan.

Seperti dilansir Fox News, Jumat (20/7/2012), veto 11 banding 2 dengan ketidakhadiran suara dari Afrika Selatan dan Pakistan, dan merupakan veto ganda dari sekutu penting Damaskus untuk melahirkan resolusi yang berfokus pada krisis Suriah.

Kekalahan ini membuat situasi makin tak menentu atas nasib 300 pengamat PBB yang berada di Suriah. Mereka dipaksa menghentikan tugas mereka karena intensitas pertempuran yang terus memanas.

Berdasarkan mandat, untuk mengawasi gencatan senjata dan implementasi rencana perdamaian oleh duta internasional Kofi Annan, berakhir Jumat (20/7/2012).

Dalam pertikaian terbaru di Damaskus, pasukan pemerintah menembakkan senapan berat dan mortir dalam pertempurannya dengan kelompok pemberontak di sejumlah wilayah di ibu kota. Ini merupakan laporan terbaru lembaga Syrian Observatory for Human Rights, yang berbasis di Inggris.