Perempuan asal Pontianak Jadi Istri Seorang Yakuza di Jepang
Kejahatan organisasi yakuza memang benar-benar menyentuh semua lapisan. Semua usaha dijalankan
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Kejahatan organisasi yakuza memang benar-benar menyentuh semua lapisan. Semua usaha dijalankan untuk mendapatkan uang termasuk melalui usaha prostitusi.
Penggerebekan dunia malam dengan ujung penangapan wanita asing di Jepang biasanya berkasus cerita yang sama. Ilegal, cari duit, diperas atau diperalat yakuza dan terpaksa mencari uang di dunia malam, sebanyak mungkin, jutaan yen supaya paspornya bisa dikembalikan pihak yakuza.
Tidak heran ada seorang wanita Indonesia, kelahiran Pontianak, menjadi isteri seorang yakuza di Jepang. Para pengibur wanita malam asing biasanya men-charge tamu sekitar 12.000 yen atau sekitar Rp 1,4 juta ( kurs Rp 116 per yen) sejam plus minuman keras yang diminum bersama tamu, ungkap sumber Tribunnews.com, "Tentu saja termasuk urusan persetubuhan," ujarnya, menambahkan.
Hal serupa diungkapkan juga oleh penulis lepas Yukio Murakami yang ditulis pada tabloid Nikkan Gendai 25 Januari lalu.
Menurut Murakami, "Inilah perbudakan putih zaman sekarang, satu cara meraup uang dengan cara mudah oleh para sindikat kejahatan dengan memakai wanita asia seperti Thai dan Filipina. Dipekerjakan di snack (sunaku kurabu), club, atau tempat pemandian air panas di daerah-daerah agar jauh dari polisi. Lalu bagi wanita yang bekerja paling-paling hanya diberikan uang untuk memberi makanan box atau bento dan kosmetik untuk mereka berdandan cantik".
Perbudakan zaman sekarang itu seperti sapi perahan seolah membayar pinjaman kredit karena paspor ditahan. Mereka tak boleh ke mana-mana dan pasti akan dikuntit dari jauh kalau pergi ke luar, sehingga tak akan lolos ke mana-mana.
"Apabila wanita itu cukup cantik dan banyak tamunya, maka suatu waktu pasti dibuat alasan dibuat-buat misalnya tamunya komplain pelayanan tidak bagus, sehingga si wanita di denda cukup banyak, akibatnya jumlah uang tabungannya tak penuh-penuh dan paspor tak bisa diterimanya kembali. Itu memang akal-akalan bulus para sindikat kejahatan di Jepang," jelasnya. lagi.
Banyak sekali kasus demikian terjadi di Jepang. Yang pasti semua itu terjadi karena memang pada hakekatnya sang wanita yang kurang berusaha untuk kabur, kalau memang tidak mau dipekerjakan demikian. Atau, memang sudah pasrah dan lebih memilih uang sehingga melakukan demikian.
"Walau kita bekerja begini, masih lebih lumayan dapat uang cukup banyak bila di rupiahkan, bisa menabung sedikit dan bisa kirim uang sedikit kepada keluarga di Indonesia, daripada kerja di Indonesia rasanya susah banget dapat uang," ungkap seorang wanita Indonesia yang bekerja di sebuah bar, klub malam di Shinjuku, kepada Tribunnews.com.
INTERNASIONAL POPULER