Mengerikan, Jari Dipotong dan Disimpan Bos Yakuza
Setiap kesalahan yang dilakukan anggota yakuza - mafia Jepang - apalagi yang dianggap sangat (dapat)
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Setiap kesalahan yang dilakukan anggota yakuza - mafia Jepang - apalagi yang dianggap sangat (dapat) merugikan kelompoknya, umumnya berakhir dengan yubitsume (pemotongan jari) oleh anggota yang dianggap bersalah itu. Setiap satu ruas jari adalah satu kesalahan. Jadi apabila 10 kali kesalahan, berarti 10 ruas jari, maka satu telapak (jari) hilang tanpa ruas jari lagi. Hanya telapak tangan saja, tak berjari.
Demikian ungkap pengarang buku "Yakuza dan Genpatsu" terkenal di Jepang, Tomohiko Suzuki, khusus kepada Tribunnews.com, Selasa (16/4/2013), di Ikebukuro, Tokyo.
"Jari yang dipotong itu biasanya dibungkus kain, disimpan Oyabun (bos Yakuza), sebagai bukti penyesalan anggotanya yang berbuat salah, dikumpulkan. Lalu suatu waktu mungkin dibuang begitu saja ke tempat sampah. Semua tergantung kepada tingkah laku atau karakter Oyabun masing-masing," ungkapnya lagi.
Seorang yakuza yang berubah menjadi pendeta telah kehilangan tiga ruas jarinya. Pendeta itu mengaku dua ruas jarinya sebagai tanda dan rasa penyesalan dirinya atas kesalahan yang dibuatnya. Tetapi satu ruas hilang dianggapnya sebenarnya bukan kesalahan berat, hanya komplain dari wanita keluarga bos Yakuza kepadanya, sehingga bosnya menyudutkan dia sebagai bersalah dan harus memotong ruas jarinya. Demikian ungkap pendeta tersebut, mantan Yakuza, khusus kepada Tribunnews.com beberapa waktu lalu.
Pemotongan jari tersebut harus di muka Oyabun sebagai bukti dan saksi langsung bahwa dirinya menyesali sekali kesalahannya. Pemotongan tidak dilakukan di Rumah Sakit. Namun setelah pemotongan jari, ada pula yang mungkin membawa ke rumah sakit tertentu, langganan kelompok Yakuza.
"Rumah sakit itu swasta kecil biasanya langganan dari anggota Yakuza tapi bukan milik Yakuza. Mereka sudah sering membantu anggota yakuza sehingga biasanya mengerti sendiri tak akan tanya-tanya lagi kepada anggota yakuza yang berobat. Pengobatan itu pun dilakukan hanya demi pemulihan, pengobatan, dan perbaikan kondisi kesehatan manusia, tanpa embel-embel apa pun."
Jepang memang negeri yang sangat adil dan sangat memperhatikan kepentingan manusia. Siapa pun yang terluka, atau kecelakaan atau sakit, apalagi kalau sudah darurat (emergency). Umumnya ditangani dulu untuk penyelamatan tanpa rewel dengan kartu asuransi, apalagi soal uang. Tanpa kartu asuransi pun, kalau ketinggalan, tetap dilayani dan diobati. Kartu bisa di copy, lalu di fax belakangan setelah selesai berobat. Itulah cara negeri Sakura memperlakukan manusia yang menghuni negeri ini. Kesehatan nomor satu, administrasi dan atau uang nomor dua.
Meskipun rumah sakit atau klinik tersebut biasa digunakan kalangan yakuza, Suzuki melihatnya mungkin saja ada klinik pengobatan yang memang milik yakuza baik di Osaka maupun di Tokyo, agar rahasia kesehatan kelompok tersebut tidak keluar ke tempat umum.
Info lengkap yakuza bacalah www.yakuza.in