Jangan Samakan Pemilik Tato dengan Yakuza, Mereka Sungguh Berbeda
Banyak orang berpendapat (termasuk di Jepang), kalau orang bertato (irezumi) identik dengan Yakuza
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM -Banyak orang berpendapat (termasuk di Jepang), kalau orang bertato (irezumi) identik dengan Yakuza - mafia Jepang - langsung menghindar dan menjauh dari orang itu. Bahkan Wali Kota Osaka Toru hashimoto tahun lalu telah memerintahkan semua karyawan pemda agar yang memiliki tato harus dihapus. Hal itu dianggap tidak benar.
Demikian ungkap seniman tato terkenal Jepang Horiyoshi III alias Yoshihito Nakano (67) yang diwawancarai khusus Tribunnews.com, Senin (29/4/2013) di galerinya.
"Jangan samakan orang yang memiliki tato dengan Yakuza," katanya. Apabila ada orang yang memang hanya senang saja, ingin punya tato, lalu kita sudah menyamaratakan dia dengan Yakuza, kan kasihan dia, tekannya lagi.
"Mengenai perintah Hashimoto untuk menghapus tato, menurut saya biasa saja, karena memang kalau pegawai negeri pakai tato rasanya tidak baik dilihat orang. Tetapi kalau sudah mengharuskan untuk menghapus bahkan akan di PHK kalau tidak dihapus, mungkin hal itu keterluan ya, mengganggu hak asasi manusia," paparnya.
Karena itu bagi pegawai negeri yang telah bertato diharapkannya bisa menyembunyikan dengan baik dalam menghadapi masyarakat agar tidak ketahuan. Atau kalau dirinya sendiri, atas keinginan sendiri mau menghapus tato ya silakan saja, tetapi tidak mudah dan makan uang tentunya, tekannya lebih lanjut.
"Itu sebabnya tato dilakukan, supaya tidak bisa dilepas, supaya tetap ada pada tubuh kita, sehingga tidak bisa dibuang atau dilepas lagi."
Tato yang mau dibuang tentu dengan operasi plastik dengan membuang lapisan kulit tersebut. Bahkan semua lukisan dari kulit manusia yang bertato, pernah dipamerkan di Jepang pada sebuah museum, "Dulu memang ada lukisan kulit bertato. Kini tidak boleh dan tidak diperlihatkan lagi lukisan tersebut. Bahkan pejabat kementerian pendidikan dan budaya Jepang pun datang mau lihat pun tidak bisa diperlihatkan," ungkapnya.
Tato yang dilakukan pada kulit manusia itu, semua disayat sampai ke kulitnya, dilepas, dari bagian pundak tangan sampai ke bagian pinggang, sehingga keseluruhan kulit beserta tato terpisah dari badan manusia itu, lalu dikeringkan dan di bingkai seperti lukisan.
Jadi pada hakikatnya, menurutnya, pemberian tato kepada setiap orang adalah keinginan masing-masing sejak lama, antara lain untuk kepercayaan diri, merasa "cool" dan berbagai alasan pribadi lain, "Tentu saja kalau ada yang di tato dengan nama kumi (kelompok Yakuzanya) ya itu juga keinginan sendiri. Tetapi janganlah samakan orang ber tato dengan Yakuza. Itu citra yang salah kaprah di masyarakat saat ini. Tapi juga kenyataan memang ada beberapa tempat umum, seperti tempat pemandian umum di Jepang yang melarang orang ber tato masuk ke sana, karena dianggap Yakuza mungkin," papar master tato ini yang gelar Master itu diterimanya sejak 1979 dari gurunya Horiyoshi II.
info yakuza klik www.yakuza.in