Makin Lama Pelecehan Seksual di Jepang Semakin Marak
Suasana Jepang terutama di kota besar seperti Tokyo dan Osaka kalau sudah malam hari (yoru) memang berubah lain
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Suasana Jepang terutama di kota besar seperti Tokyo dan Osaka kalau sudah malam hari (yoru) memang berubah lain. Selain mabuk dan hiburan malam, saat ini tidak sedikit pula kejahatan terjadi. Antara lain karena perekonomian Jepang masih belum pulih, pertumbuhan praktis nol persen setahun.
Siang hari juga ada chikan (chijo untuk wanita yang melakukan), yaitu pelecehan seksual di dalam kereta api yang penuh sesak. Bahkan survei 2001 (awal tahun 2000-an) menghasilkan data cukup mengagetkan. Terhadap sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sekitar 70 persen siswa menyatakan pernah kena chikan.
Apa itu chikan atau chijo? Chikan adalah pelecehan seksual dilakukan laki-laki (chijo bagi wanita) di dalam kereta api. Misalnya memegang-megang pantat wanita yang tak dikenal, meremas buah dada, dan pelecehan seksual lain. Bahkan, kalau melihat video porno Jepang, ada yang melakukan hubungan seks di dalam kereta api.
Kasus Chikan tercatat di kepolisian Jepang sekitar 170 kasus per tahun. Chikan adalah perbuatan kriminal, karena itu hukumannya bisa masuk penjara dan atau denda yang cukup besar sampai jutaan yen.
Tribunnews.com sempat menyaksikan sendiri seorang gadis masuk lalu berdiri di samping pria ganteng dengan jas lengkap rapi layaknya pekerja kantoran. Tak lama kemudian tangan kanannya mulai meraba pinggang wanita yang baru masuk lalu perlahan ke bawah meraba pantatnya.
Kelakuan ini dilakukan terutama saat kereta api penuh sesak. Biasanya wanita tidak melaporkan kejadian tersebut karena malu yang besar. Diketahui banyak orang dan bisa masuk koran sehingga bisa malu besar, bahkan bisa diejek sekelilingnya bila mengetahui hal tersebut (di- Ijime).
Tetapi bagi wanita yang berani, melaporkan hal itu ke polisi, maka polisi langsung menangkap dan bisa dimasukan penjara dan atau denda cukup besar.
Apabila lelaki menyangkal perbuatan tersebut, pihak polisi punya alat khusus dan canggih saat ini sehingga bisa mengetahui pelaku secara benar. Sidik jari pelaku kelihatan di baju atau pakaian wanita yang dirogoh nya tersebut dapat kelihatan dengan jelas berkat bantuan alat khusus tersebut.
Itulah sebabnya lelaki di Jepang kalau keadaan sempit ramai penuh, biasanya sangat hati-hati dengan kedua tangannya. Tidak sedikit yang ke atas memegang pegangan kereta api. Yang penting tangannya tidak menyentuh pakaian wanita di dekatnya.
Kejadian Chikan ini banyak terjadi saat pagi sekitar jam 8 pagi penuh sesak dan pulang kantor penuh sesak sekitar jam 18.00. Kereta api yang banyak chikan terutama di Kantor (Tokyo dan sekitarnya) adalah Tokaido Line, Saikyo Line, Chuuo Line dan Chiyoda Line. Umumnya kereta api perjalanan agak jauh, sehingga pelaku kejahatan dapat melakukan aksinya dengan pelan-pelan (ada waktu untuk melakukan chikan).
Setelah melakukan, apabila sang wanita kelihatan melawan, maka pelaku biasanya menghindar pergi ke tempat lain, takut diteriaki wanita tersebut. Atau setelah pintu kereta api terbuka segera berjalan cepat menghindar.
Meskipun chikan dilakukan sebagai kejahatan, ada pula yang sengaja melakukan dengan direncanakan, khususnya terhadap tokoh masyarakat. Tujuannya adalah pemerasan. Hal ini dilakukan Yakuza dengan berkelompok. Wanita sebagai pancingan dan anggota yakuza lain memperhatikan dari jauh. Apabila dilakukan chikan oleh tokoh tersebut, dia akan diperas, karena akan berhadapan dengan hukuman denda yang besar atau penjara bahkan nama baiknya rusak di masyarakat Jepang.
Info yakuza lengkap baca www.yakuza.in