Militer: Mesir Bukan Bangsa Pendendam
Militer Mesir, Kamis (4/7/2013), meminta tidak ada balas dendam antarkelompok yang sebelumnya berseberangan dalam krisis politik negeri itu.
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com, Kairo — Militer Mesir, Kamis (4/7/2013), meminta tidak ada balas dendam antarkelompok yang sebelumnya berseberangan dalam krisis politik negeri itu. Tetapi, pada saat bersamaan, penangkapan terhadap pimpinan Ikhwanul Muslimin, kelompok yang mendukung presiden terguling Mesir, terus berlanjut. Bahkan, sebuah investigasi dengan tuduhan penghasutan dan pembunuhan disebut tengah dijalankan.
Nilai-nilai Mesir, ujar pernyataan dari Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, tidak memungkinkan perilaku sombong ataupun pembalasan dendam. Dilansir melalui laman Facebook, pernyataan itu keluar sehari setelah militer menggulingkan Presiden Muhammad Mursi yang adalah presiden pertama Mesir yang dipilih secara demokratis melalui pemilu.
Sementara bersamaan dengan pernyataan itu, otoritas keamanan Mesir terus menangkap para pimpinan Ikhwanul Muslimin. Kejaksaan Mesir, Kamis, membuka investigasi yang menuduh Mursi dan para petinggi Ikhwanul Muslimin telah menghasut aksi kekerasan dan pembunuhan terhadap demonstran dari kubu oposisi.
Jaksa penuntut, Jenderal Abdel Mahmoud Maquid, mengeluarkan perintah mencegah Mursi dan 35 orang lain dari Ikhwanul Muslimin meninggalkan Mesir selama penyelidikan tuduhan ini bergulir, seperti dikutip dari media lokal. Kabar soal investigasi tersebut mencuat di tengah penangkapan para pimpinan Ikhwanul Muslimin yang mendukung Mursi, sekaligus sebagai upaya membungkam informasi dan komunikasi kubu Mursi.
Sementara Juru Bicara Ikhwanul Muslimin Gehad El-Haddad mengatakan kepada CNN bahwa Mursi semula menjalani tahanan rumah di kantor pusat Garda Republik di Kairo. Tetapi, kemudian, kata dia, Mursi dipindahkan ke Departemen Pertahanan. Otoritas militer Mesir belum juga mengeluarkan pernyataan tentang lokasi keberadaan Mursi saat ini.
Penangkapan terus berlangsung
Kabar dari MENA dan EgyNews soal investigasi itu bertentangan dengan rumor bahwa Mursi telah menolak tawaran Angkatan Bersenjata Mesir untuk meninggalkan Mesir menuju Qatar, Turki, atau Yaman. Surat kabar Al-Ahram yang dikelola pemerintah, Kamis, menulis Mursi tidak akan pernah mundur dengan sukarela.
Pidato Mursi, Rabu (3/7/2013) malam waktu setempat, beberapa saat sebelum militer mengambil alih kekuasaan, disebut media pemerintah ini sebagai "tantangan mencolok kepada otoritas (militer)" sekaligus sebagai "deklarasi konfrontasi".
El-Haddad dalam sebuah wawancara di Kairo mengatakan, penangkapan terhadap para pemimpin Ikhwanul Muslimin merupakan "upaya yang dipertanyakan untuk membongkar ikhwan". Dia pun menegaskan pengambilalihan kekuasaan oleh militer ini adalah kudeta untuk mendirikan rezim baru yang menindas dari rezim lama dengan "wajah yang dicat putih".
Mantan pemimpin Ikhwanul Muslimin, Mahdi Aakef, dan pengawalnya ditangkap Kamis, di Kairo. MENA mengutip sumber-sumber keamanan setempat. Nile TV melaporkan pula bahwa pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin, Mohamed Badei, telah ditangkap bersama Mahdi Akef. Mahdi ditangkap dengan tuduhan menghasut untuk membunuh, seperti dikutip oleh Al-Ahram.
Saat ini, kepolisian Mesir sedang mengejar 300 anggota lain Ikhwanul Muslimin. Masih dikutip dari Al-Ahram, otoritas keamanan juga sudah menutup paksa Misr25, stasiun televisi yang dituding pro-Mursi dan Ikhwanul Muslimin, termasuk penangkapan beberapa wartawannya.