Tolak Minta Maaf, Perdana Menteri Australia Arogan
Perdana Menteri Australia Tony Abbot menolak meminta maaf terkait kabar penyadapan kepada Presiden Susilo Bambang
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perdana Menteri Australia Tony Abbot menolak meminta maaf terkait kabar penyadapan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Wakil Ketua Komisi I DPR Agus Gumiwang menilai tindakan Abbott menunjukkan sikap yang arogan.
"Itu merupakan arogansi dari PM Tony Abbott dengan tidak mau minta maaf," imbuh Agus di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/11/2013).
Politisi Golkar itu membandingkan dengan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama yang meminta maaf kepada Kanselir Jerman Angela Merkel.
"Sementara pada kasus yang sama, dengan jiwa besar, Obama telah meminta maaf kepada Jerman terhadap penyadapan," ungkapnya.
Untuk itu, Agus mengharapkan pemerintah Indonesia memulangkan terlebih dahulu terhadap diplomat Australia di Indonesia.
"Sembari kita mengevaluasi tingkat hubungan bilateral antara kedua negara sesuai keinginan mereka," kata Agus.
Sebagaimana diketahui, Perdana Menteri Australia menolak meminta maaf terkait aksi penyadapan badan intelijen negara itu terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri Indonesia.
"Semua pemerintahan mengumpulkan informasi dan setiap pemerintahan tahu bahwa pemerintahan yang lain juga mengumpulkan informasi," kata Abott dalam pidatonya di hadapan parlemen Australia, Selasa (19/11/2013).
"Jangan harap Australia akan meminta maaf karena telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi negara baik sekarang maupun di masa lalu," tegas dia.
Demikian juga negara lain, lanjut Abbott, tidak akan meminta maaf karena mengambil tindakan serupa dengan yang dilakukan oleh pemerintahnya.
Pidato itu disampaikan setelah SBY, via akun Twitter-nya, mengungkapkan penyesalannya terhadap Abbott yang dinilai menganggap remeh aksi penyadapan di antara kedua negara sahabat itu.
Adapun Indonesia sudah memanggil pulang duta besarnya dari Australia dan menuntut penjelasan resmi Canberra soal laporan penyadapan yang dibocorkan Edward Snowden, buronan AS yang dicari karena membocorkan rahasia-rahasia intelijen AS ke publik.