Kontroversi Pembebasan Corby dan Film Schapelle
Schapelle Leigh Corby, mungkin tengah merasa harap-harap cemas pada Jumat (7/2/2014) siang ini.
Laporan Wartawan Tribunnews.com Reza Gunadha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Schapelle Leigh Corby, yang mendapat julukan "Ratu Mariyuana", mungkin tengah merasa harap-harap cemas pada Jumat (7/2/2014) siang ini.
Betapa tidak, terpidana 20 tahun penjara di Bali karena kasus penyelundupan ganja itu, tengah menunggu keputusan dari Kementerian Hukum dan HAM RI terkait pembebasan bersyaratnya.
Berdasarkan jadwal Kemenkum HAM, Menteri Amir Syamsuddin direncanakan menggelar konferensi pers untuk mengumumkan dikabulkan atau tidaknya permohonan pembebasan bersyarat Corby, pada Jumat sekitar pukul 14.30 WIB.
Corby, mungkin bakal bertambah cemas seandainya mengetahui delapan anggota DPR RI menyerahkan petisi ke Menteri Amir untuk menolak pembebasan bersyaratnya.
Petualangan Corby di Indonesia berawal pada 8 Oktober 2004, saat dirinya tertangkap menyelundupkan 4,2 kilogram ganja di Bandara Ngurah Rai, Bali.
Gara-gara penangkapan ini, Konsulat Jenderal RI di Perth, Australia, sempat mendapat surat ancaman pembunuhan pada 13 April 2005.
Kasus Corby akhirnya disidangkan dan dia dituntut hukuman penjara seumur hidup dan denda Rp 100 juta pada 21 April 2005.
Namun, 13 Mei 2005, pemerintah Australia mengirim surat ke pengadilan Indonesia yang mengabarkan ganja dalam tas Corby itu disusupkan oleh sindikat narkotika.
Akhirnya, Pengadilan Negeri Denpasar memvonis Corby 20 tahun penjara dan denda Rp 100 juta pada 27 Mei 2005.
Merasa tidak bersalah, Corby mengajukan banding. Upayanya tersebut berbuah manis, karena pengadilan banding memutuskan mengurangi masa penjaranya menjadi 15 tahun, pada 12 Oktober 2005.
Tapi, Corby kembali harus gigit jari lantaran keputusan kasasi Mahkamah Agung, yang dirilis 12 Januari 2006, kembali memvonis Corby 20 tahun penjara.
Menyudutkan Indonesia
Ternyata, bukan hanya Corby yang tengah merasa cemas menunggu kepastian permohonan pembebasan bersyarat tersebut.
Nine, salah satu televisi di Australia, juga tampak cemas menunggu keputusan hukum Corby. Pasalnya, mereka hendak meluncurkan telefilm terbaru tentang Corby yang berjudul "Schapelle".
Seperti yang diberitakan The Sydney Morning Herald edisi Jumat (7/2/2014), Nine sebenarnya ingin merilis film tersebut pada Senin (10/2/2014) pekan depan.
Namun, karena keputusan tentang pembebasan bersyarat Corby bakal dirilis Jumat hari ini, mereka memajukan tanggal rilis tersebut menjadi Minggu (9/2/2014).
Menurut The Herald, film Schapelle tersebut diperkirakan bakal memantik kontroversi baru.
Sebabnya, dalam episode 165, telefilm itu menampilkan adegan Corby tengah dikunjungi oleh ayah tirinya (Mick) di Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan, Bali.
Ketika berbincang, dalam film itu, Corby mengatakan kepada ayahnya, "seorang mantan tahanan lapas ini menyarankan kepada saya supaya mengaku bersalah saja agar bisa cepat dikeluarkan dari penjara."
Naskah pembicaraan Corby itu lah yang dikhawatirkan bakal mengundang kontroversi karena bakal menyinggung otoritas hukum Indonesia.
Untuk diketahui, telefilm itu dibuat berdasarkan buku jurnalis Eamonn Duff berjudul "The Sins of The Father."