Penumpang Berpaspor Palsu Bisa Lolos, Keamanan Bandara KLIA Dipertanyakan
memunculkan kekhawatiran terkait keamanan di bandara internasional Kuala Lumpur
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Fakta terdapat sedikitnya dua orang yang menggunakan paspor curian menjadi penumpang Boeing 777-200 Malaysia Airlines yang hilang, memunculkan kekhawatiran terkait keamanan di bandara internasional Kuala Lumpur.
Meski demikian, pihak berwenang meminta agar kondisi ini jangan langsung dikaitkan dengan hilangnya penerbangan MH370 di perairan Vietnam, Sabtu (8/3/2014) dini hari.
"Ini adalah 'lampu merah' memang agak mengejutkan. Kita memang tak bisa menyelidiki hal ini lebih jauh hingga informasi lengkap terkumpul. Tapi ini tetap sebuah peringatan," kata Chris de Lavigne, seorang konsultan pertahanan dan penerbangan di Frost and Sullivan.
Lolosnya penumpang dengan paspor palsu itu juga membuat Kementerian Dalam Negeri Malaysia kehabisan kata-kata untuk menjelaskan duduk perkara masalah ini.
"Saya tak habis pikir, bagaimana petugas imigrasi tidak merasa aneh saat melihat paspor Italia dan Austria dibawa orang berwajah Asia," kata Menteri Dalam Negeri Malaysia Zahid Hamidi, seperti dikutip kantor berita Bernama.
Hingga saat ini belum diperoleh penjelasan resmi dari pihak Imigrasi Malaysia.
Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA) yang terletak di sebelah selatan Kuala Lumpur selama ini dianggap sebagai salah satu bandara terbaik di Asia. Namun, Interpol -yang menyimpan data paspor curian itu- mengatakan pemeriksaan petugas atas penumpang yang akan meninggalkan Malaysia sangat buruk.
"Merupakan sebuah keprihatinan karena setiap orang bisa menumpang penerbangan internasional menggunakan paspor curian yang tercatat dalam pusat data Interpol," kata Sekjen Interpol, Rional Noble.
"Ini adalah situasi yang kami harap tidak pernah kami saksikan," ujar Noble.
Dia menambahkan, sepanjang 2013 setidaknya lebih dari satu miliar penumpang yang menggunakan penerbangan internasional tanpa pemeriksaan paspor ke pusat data Interpol.
Padahal, selama bertahun-tahun Interpol menyerukan agar staf imigrasi di bandara memeriksa paspor setiap orang ke data Interpol.
Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah masalah keamanan kecil terjadi di KLIA. Pada 2012, Malaysia Airlines harus membayar denda sebesar 4.650 dolar AS kepada pemerintah Selandia Baru.
Penyebabnya, pihak maskapai mengabaikan pemerintah Selandia Baru yang meminta Malaysia Airlines melarang seorang warga Malaysia masuk ke pesawat dengan tujuan Auckland itu.
Ternyata, petugas check-in Malaysia Airlines "mengakali" sistem dengan mengganti nomor paspor penumpang bermasalah itu.
Pada 2007, seorang pria Palestina bersembunyi di roda depan sebuah pesawat dan orang itu tiba di Singapura tanpa diketahui.
Dalam beberapa tahun terakhir, Malaysia memang tidak menjadi sasaran teror, namun negeri itu menjadi tempat tinggal sejumlah tokoh kunci kelompok militan Jamaah Islamiyah yang terkait Al-Qaeda. (Kompas.com/AFP)