Pengamat: Pencarian di Samudera Hindia Mimpi Buruk Operasi Penyelamatan
Pencarian puing-puing Malaysia Airlines MH370 di Samudera Hindia bagian selatan diibaratkan sebagai mimpi buruk operasi penyelamatan
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Pencarian puing-puing Malaysia Airlines MH370 di Samudera Hindia bagian selatan diibaratkan sebagai mimpi buruk operasi penyelamatan.
Profesor Universitas Teknologi Malaysia untuk Hidrografi dan Pemetaan Laut Mohd Razali Mahmud mengatakan kawasan di Samudera Hindia bagian selatan sangat terisolasi dengan gelombang tinggi dan arus bawah laut yang sangat deras. ditambah lagi ada angin kencang.
"Beberapa dari gelombang bisa setinggi 5 meter dan ini akan menjadi tantangan besar bagi setiap operasi penyelamatan," katanya seperti dikutip Straits Times, Rabu(26/3/2014).
Bahkan katanya kapal komersial diminta menghindari area Samudera Hindia karena tantangan dan bahayanya cukup besar.
Mohd Razali mengatakan hal yang paling penting untuk dilakukan sekarang adalah mempersempit area pencarian untuk menemukan reruntuhan atau kotak hitam.
Dia menambahkan bahwa penting bagi kapal-kapal pencari dilengkapi dengan sistem sonar multi-beam untuk memindai dasar laut mencari puing-puing MH370.
"Saya hanya berharap bahwa reruntuhan berbaring di daerah datar, operasi pencarian menjadi rumit jika reruntuhan yang bersarang di jurang atau daerah pegunungan bawah laut," katanya sembari menambahkan bahwa topografi di Samudera Hindia mirip dengan bagaimana berada di darat dengan jurang dan gunung-gunung.
Mohd mengatakan kendaraan operasional ( ROV ) atau Autonomous Underwater Vehicles ( AUV ) dapat dikerahkan untuk melakukan penyelamatan sampai kedalaman 4.000 meter hingga 7000 meter.
Dia menambahkan, pemerintah bisa mendapatkan bantuan dari perusahaan yang terlibat dalam sektor minyak dan gas atau off shore yang memiliki peralatan tersebut untuk meletakkan kabel atau bahkan untuk kegiatan pengeboran di laut.
Ditanya apakah Malaysia memiliki kemampuan untuk melakukan pencarian di daerah tersebut , Mohd Razali yang telah mempelajari lautan selama 20 tahun mengatakan bahwa Angkatan Laut Malaysia hanya memiliki multi-beam sonar yang hanya mampu mencari di daerah sekitar 1.000 meter .
Dia bilang itu penting untuk menemukan kotak hitam setelah baterai mati setelah 30 hari itu akan mustahil untuk menemukan itu .
"Kami memiliki waktu yang terbatas sekitar 12 hari dan upaya harus dilakukan untuk pergi keluar semua untuk menemukan kotak hitam menggunakan semua sumber daya yang tersedia," ujarnya.
Ditanya tentang kemungkinan bertahan hidup bagi siapa pun , jika pesawat mengalami tumbukan atau mendarat di air selama pendaratan darurat , katanya daerah sangat terpencil dan tidak mungkin untuk bertahan hidup dalam kondisi keras seperti hidup di perahu selama 18 hari.
Mohd Razali menambahkan bahwa derasnya arus bisa dengan mudah menggulung mereka dan berpindah beberapa ratus kilometer jauhnya.
Sementara itu Dekan Universitas Malaysia Trengganu School of Marine Science and Environment Zulfigar Yasin mengatakan Samudera Hindia memiliki beberapa kondisi laut terburuk di dunia.
"Posisi terakhir dari Malaysia Airlines Flight MH370 berada di tengah Samudera Hindia , sebelah barat Perth . Daerah ini tidak dalam jalur pelayaran normal, dan lalu lintas laut lebih sering ke utara," ujarnya.
Zulfigar mengatakan cuaca serta kondisi atmosfer dan kondisi permukaan laut akan mempengaruhi upaya pencarian dan penyelamatan.