PIHK Diminta Cepat Kontak Petugas Agar Insiden 'Nenek Hilang' Tak Terjadi Lagi
Insiden jemaah haji lansia yang sempat terpisah dari rombonganya selama hampir 12 jam mendapat perhatian dari Panitia PPIH.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Insiden jemaah haji lansia yang sempat terpisah dari rombonganya di kelompok jemaah haji khusus selama hampir 12 jam mendapat perhatian dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Mekkah.
Kepala Seksi Perlindungan Jamaah Daker Mekkah, Jaetul Muchlis, Rabu (17/9/2014), mengatakan seharusnya pihak yang mendampingi jemaah, baik Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) maupun petugas kloter, proaktif menghubungi petugas bila terjadi permasalahan jemaah yang tidak ditemukan.
"Seharusnya mereka proaktif untuk menghubungi petugas secepatnya. Langkah awalnya hubungi petugas atau kantor sektor terdekat. Namun bisa juga langsung ke call center Daker Mekkah pada nomor 0554398912," katanya.
Setelah laporan masuk, petugas akan langsung menyebar informasi melalui radio bravo. Dengan demikian pencarian diharapkan semakin efektif dan efisien dari sisi waktu dan tenaga. Adapun petugas kloter, sudah ada alur koordinasi baku dengan pihak sektor untuk melaporkan berbagai permasalahan.
"Khusus PIHK, kami minta proaktif berkoordinasi bila ada kejadian semacam ini. Biasanya mereka merasa murni pengelolaan sendiri dan tidak berkepentingan dengan petugas. Padahal para jemaah merupakan warga Indonesia yang harus mendapatkan perlindungan," katanya.
Sebagaimana diberitakan, seorang jemaah haji khusus, yang belakangan diketahui bernama Weli Daude Ali binti Musa (64), diantarkan oleh seseorang ke kantor Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Mekkah, Selasa (16/9/2014) dinihari.
Yang mengherankan, sang nenek diantarkan tanpa ada tanda identitas sedikit pun. Seperti gelang, tas haji, maupun petunjuk lainnya. Situasi semakin sulit karena nenek Weli tidak bisa berbahasa Indonesia dan tampak labil secara psikologis.
Setelah dilacak dari beberapa upaya, diketahui bahwa nenek Weli merupakan jemaah haji khusus melalui Femmy Tour and Travel, yang tergabung dalam konsorsium Safana Salsabila. Ia terpaksa berada di kantor Daker Mekkah hampir 12 jam sebelum dijemput Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) tersebut, Selasa siang.
Petugas Seksi Pelayanan dan Pemulangan Jamaah, Purwadi, yang sedang piket saat nenek Weli diantar, mengatakan sang nenek diantarkan oleh orang Arab.
"Sayangnya saya tidak sempat bertanya, apakah mereka dari Muassasah atau instansi mana," katanya.
Beruntung, konsultan haji Indonesia, Prof Salman Maggalatung, menguasai bahasa Bugis Bone, dan bisa mendapatkan keterangan tentang identitas nenek tersebut. Nama inilah yang menjadi kata kunci melacak identitasnya.
"Saat berbicara dengan saya, dia merasa masih di kampungnya di Sulawesi. Dan dia bilang anaknya yang mengantarkan ke tempat ini," kata Salman, yang intens menggali informasi dari Weli. Beruntung Weli masih ingat namanya dan nama kampungnya.
Petugas pun mencari data di database Sistem Komputerasi Haji Terpadu (Siskohat) dan ditemukan 13 nama yang mirip di jemaah reguler, namun kloternya belum tiba di Mekkah. Setelah ditelusuri di data jemaah haji khusus, diperoleh lah data Weli. Petugas lalu menelepon pihak travel untuk menjemput.
Weli warga Dusun Lamboato, Desa Sopura, Kecamatan Pomalaa-Baula, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Ia berangkat tanpa didampingi keluarganya dan hanya dititipkan kepada dua warga Kolaka yang juga ikut dengan biro perjalanan tersebut.
Terkait permasalahan ini, Kepala Seksi Pengendalian PIHK, PPIH Daker Mekkah, Matyuri Casdui Salamun, Selasa (16/9/2014) malam, mengatakan sudah memberikan teguran lisan kepada Femmy Tour and Travel. Pihaknya juga mencatat peristiwa ini dalam berita acara seksi pengendalian PIHK.
"Kami berikan teguran kepada mereka. Bahwa semestinya PIHK benar-benar mengawasi jemaahnya. Terutama yang kondisinya seperti nenek Weli itu," katanya, sembari berharap peristiwa serupa tidak terjadi lagi.