Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hampir enam tahun yang lalu, pesawat Airbus jenis A320 menuai pujian dari dunia atas tingkat keselamatannya.

Pujian datang setelah pesawat Airbus A320 milik US Airways, berhasil melakukan pendaratan darurat di atas Sungai Hudson, Kota New York, Amerika Serikat (AS).

Pesawat yang dipiloti Chesley "Sully" Sullenberger itu terbang dari Bandara La Guardia, New York, menuju Charlotte, North Carolina, ketika sekelompok angsa menabrak dan mematikan kedua mesin pesawat.

Lantaran peristiwa 'keajaiban Hudson' itu, perusahaan manufaktur pesawat A320, Airbus naik daun, dan
berhasil mengungguli pesaing utamanya Boeing Co.

Namun ada sejumlah catatan kurang sedap terhadap perusahaan manufaktur asal Prancis tersebut. Tecatat dua kali kecelakaan melanda unit pesawat A320.

Kecelakaan pertama terjadi pada 2008, ketika satu unit pesawat A320 XL Airways Jerman yang disewa dari maskapai Air New Zealand jatuh di Laut Mediterania pada 27 November. Pesawat mengangkut tujuh orang petugas pemeliharaan pesawat meninggal dunia.

Penyelidik kecelakaan Prancis mengatakan kecelakaan disebabkan oleh serangkaian faktor termasuk kegagalan beberapa sensor dan kesalahan manusia.

Kecelakaan kedua terjadi setahun sebelumnya. Satu unit pesawat A320 yang dioperasikan maskapai penerbangan komersi asal Brasil, TAM Linhas Aereas terpelosok di landasan pacu saat mendarat di bandara São Paulo. Sebanyak 187 orang di atas pesawat dan 12 orang di bawahm meninggal dunia.

Menurut Flight Safety Foundation’s Aviation Safety Network, peristiwa itu merupakan kecelakaan yang paling mematikan yang pernah melanda pesawat jenis A320.

Walau demikian, jet Airbus tersebut memiliki tingkat keselamatan terbaik dalam layanan penerbangan komersial. Menurut website AirSafe.com, jenis A320 menderita sekitar 0,08 kecelakaan per-satujuta penerbangan. Tingkat kecelakaan tersebut, setara dengan narrowbodies keluaran Boeing.