Terancam Lenyap Komunitas Kristen Kuno Pengguna Bahasa Aramik di Era Yesus
Kaum militan tersebut merusak gereja-gereja dan simbol-simbol agama dalam serangan itu serta menculik sekitar 250 orang Assyria
Editor: Johnson Simanjuntak
Meskipun kelompok-kelompok komunitas Assyria tersebar di seluruh Lebanon dan Turki, inti komunitas mereka berada di Irak dan Suriah. Jumlah orang Assyria di Irak telah merosot dari sekitar 1,4 juta jiwa pada akhir 1980-an menjadi hanya sekitar 400.000 jiwa.
Kebanyakan dari mereka telah bermigrasi ke luar negeri sebagai akibat dari pergolakan yang dihasilkan oleh invasi AS yang menggulingkan Saddam Hussein tahun 2003.
Di Suriah, jumlah orang Assyria diperkirakan tidak lebih dari 40.000 jiwa. Banyak dari mereka telah dipaksa ISIS untuk melarikan diri ke daerah-daerah yang dikuasai Kurdi di bagian timur negara itu.
"Apa yang kami hadapi adalah kekejaman yang bersusulan," kata Habib Afram, kepala Liga Syriak di Lebanon.
Dia menyebut sejumlah serangan yang dilakukan terhadap orang Assyria dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pembunuhan seorang uskup agung di kota Mosul di Irak utara tahun 2008, pengeboman sebuah gereja Assyria di Baghdad tahun 2010 yang menewaskan hampir 60 orang, dan penculikan dua uskup di Aleppo, kota terbesar di Suriah.
"Mereka tidak hanya ingin mengambil tanah atau menendang Anda keluar dari desa Anda. Mereka ingin menghapus masa lalu Anda, warisan Anda," katanya.
Ketika ISIS menyapu Irak utara pada Juni, ribuan warga Assyria didesak keluar dari Mosul dan daerah lainnya.
Jauh sebelum perang saudara di Suriah dan munculnya ISIS, orang-orang Assyria telah menghadapi penganiayaan.
Setidaknya setengah juta orang Assyria tewas selama pembantaian oleh Turki Ottoman di Armenia selama Perang Dunia I, sebuah pembantaian yang oleh banyak sejarawan dianggap sebagai sebuah genosida.
Saat ini, lebih dari dua pertiga orang Assyria diyakini tinggal di negara-negara termasuk Amerika Serikat, Swedia, dan Australia.
Menurut Naby, sedikitnya sekolah yang mengajarkan bahasa Aramik di tempat-tempat tersebut telah berkontribusi terhadap hilangnya bahasa itu.
Dia mencatat bahwa sebuah kerugian yang sama terkait bahasa Aramik terjadi ketika ribuan orang Yahudi meninggalkan Irak utara pada masa pendirian negara Israel tahun 1948. Banyak dari mereka pindah ke Israel, ketika bahsa Ibrani menjadi bahasa mereka.
Banyak orang Assyria, yang baru-baru ini meninggalkan rumah mereka di Suriah, berharap untuk membangun kembali kehidupan mereka di luar negeri.
"Tak satu pun dari kami akan pernah bisa kembali ke Suriah. Kami tahu itu, jadi kami tahu bahwa hidup kami harus dibangun di negara-negara lain," kata Gabriel, 47 tahun, seorang guru bahasa Inggris yang datang ke Lebanon bersama keluarga dan puluhan orang Assyria lainnya, tak lama setelah serangan ISIS itu.