Lukisan Terakhir Sukumaran Berupa Warna Merah Putih dengan Tetesan Darah
Salah satu lukisan terakhirnya menampilkan warna merah putih dengan asosiasi darah yang menetes.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM - Sesuai dengan permintaan terakhirnya sebelum dieksekusi, terpidana mati Myuran Sukumaran ingin terus melukis hingga saat-saat terakhir.
Salah satu lukisan terakhirnya menampilkan warna merah putih dengan asosiasi darah yang menetes.
Dalam hari-hari terakhirnya, menjelang hukuman mati, Sukumaran mengekspresikan perasaannya melalui sejumlah lukisan.
Salah satunya adalah lukisan wajahnya sendiri setelah diberikan pemberitahuan bahwa hidupnya akan tersisa 72 jam lagi.
Ia pun sempat melukis sebuah jantung, yang kemudian dibubuhi tanda tangan dari rekan-rekan narapidana lainnya, dengan judul "Satu hati, satu rasa dalam cinta".
Lukisan lainnya adalah darah yang menetes di atas bidang merah putih, yang bisa diasosiasikan dengan bendera Indonesia.
Sukumaran dalam waktu 72 jam terakhirnya meminta diberikan waktu selama mungkin untuk melukis.
Dalam lukisan wajahnya sendiri, ia sempat menuliskan, "Dua hari terakhir, Myuran Sukumaran, Penjara Besi, Nusakambangan".
Wajah Presiden Joko Widodo dengan tulisan "Manusia Bisa Berubah" juga menjadi salah satu hasil karya terakhirnya.
Sukumaran mulai melukis pada 2012 saat bertemu salah satu temannya, yang kemudian menjadi mentor seninya, Ben Quilty. Ben adalah seniman yang pernah memenangi penghargaan Piala Archibald.
Quilty mengakui bahwa bakat Sukumaran sudah terlihat jelas. "Ia tahu bagaimana melukis, tanpa dilatih, tanpa membaca buku seni," katanya.
Sukumaran pernah melukiskan 28 wajah dirinya dalam waktu dua minggu. Ia mendapat gelar seni dari Curtin University pada bulan Februari tahun ini.
Selama berada di penjara Kerobokan, ia telah memberikan pelatihan melukis dan seni bagi rekan-rekan sesama narapidana.
Beberapa hasil karya Sukumaran pernah dilelang di Melbourne, Australia, dan dana yang terkumpul disumbangkan bagi program rehabilitasi lewat seni di penjara Kerobokan, Bali.(Tri Wahono/Australia Plus ABC)