Ini Gaya Hidup Chuck Blazer, 'Pembocor' dan Tersangka Kasus Korupsi FIFA
Blazer, seorang mantan pejabat FIFA, dulunya merupakan satu tokoh yang ikut berperan dalam memopulerkan olahraga sepak bola.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM - "Narasumber utama dari investigasi ini adalah Chuck Blazer."
Demikian nama pria berbadan besar itu disebutkan sebagai dalang pembocoran informasi rahasia terkait penangkapan beberapa pejabat FIFA pada Rabu (27/05/2015) lalu, oleh seorang narasumber penegak hukum kepada The Post.
Blazer, seorang mantan pejabat FIFA, dulunya merupakan satu tokoh yang ikut berperan dalam memopulerkan olahraga sepak bola. Bahkan, dirinyalah yang berjasa untuk membawa Piala Dunia ke Amerika pada1994.
Namun, pada 2013 lalu, ia mengundurkan diri dari FIFA atas kasus tuduhan korupsinya di asosiasi tersebut. Dari tuduhan tersebut, dirinya harus mendekam di penjara selama 15 tahun.
Dikatakan, ia telah mengumpulkan sejumlah bukti dari rekan-rekannya di FIFA selama dua tahun, demi membantu tim investigasi mendapatkan informasi yang lebih banyak mengenai korupsi di FIFA yang ternyata sudah berlangsung selama berdekade.
Memiliki harta miliaran, lelaki berumur 70 tahun ini disorot oleh Daily Mail memiliki gaya hidup yang mewah. Lelaki itu dicatat pernah menyewa dua apartemen di Trump Towers, New York, yang harga sewa per unitnya bisa mencapai Rp 238 juta tiap bulan.
Bahkan, sebuah kondo penghubung apartemennya itu digunakan sebagai tempat tinggal kucing-kucingnya yang nakal, yang harga sewa per bulannya sendiri mencapai Rp 80 juta.
Selain merupakan seorang warga Amerika pertama yang menjabat sebagai pengurus FIFA selama 50 tahun, Blazer juga adalah seorang pebisnis yang sangat sukses bergaya hidup tinggi. Tagihan kartu kreditnya saja mencapai Rp 383 miliar.
Selama bekerja di FIFA, pria berbadan seperti Sinterklas ini kerap menghabiskan jutaan dolar. Beberapa hasil transaksinya adalah sejumlah apartemen di Miami, Bahamas, serta New York, jet pribadi, wisata mewah, restoran mahal, dan gelaran acara-acara.
"Ia hidup layaknya tidak ada hari esok. Ia makan dan minum apapun yang menyenangkannya. Ia mungkin berpikir bahwa ia sudah akan tiada sebelum orang-orang sadar apa yang telah ia lakukan," kata seorang sumber kepada New York Daily News.
Seluruh kekayaannya malah dikatakan sebagai 10 persen dari keuntungan yang diperoleh CONCACAF, sebuah organisasi pesepakbolaan di Panama dan Kanada.
Chuck divonis menderita kanker usus besar oleh sebuah rumah sakit di New York. Meski begitu, Departemen Keadilan Amerika Serikat pun tetap memvonisnya sebagai satu dari empat tersangka kasus korupsi. Atas kasus tersebut, Blazer harus menjalani 10 tahun di balik bui.(Daily Mail)