Pandangan Menko Puan Usai Menghadiri Peringatan 70 Tahun Perang Dunia II di Beijing
Puan menegaskan bahwa perdamaian dan pembangunan menjadi kepentingan bersama secara global.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Tiongkok baru saja menggelar perayaan besar-besaran tentang berakhirnya Perang Dunua II dan kemenangannya atas Jepang. Sejumlah tokoh dunia seperti Presiden Rusia Vladimir Putin dan Sekjen PBB Ban Ki-Moon hadir pada perayaan yang digelar, Kamis (3/9/2015) itu.
Dari Indonesia sebagai utusan khusus Pemerintah RI adalah Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani. Sekembalinya dari Beijing, Menko Puan mengatakan ada pelajaran penting dari peristiwa itu.
“Perang atau ekspansi sudah tidak relevan lagi dan bukan merupakan cara yang tepat, cara yang manusiawi untuk menyelesaikan pertikaian antar negara karena perang pasti menimbulkan korban jiwa yang begitu besar, harta benda, kerusakan lingkungan, biaya perang yg sangat mahal yang bisa digunakan untuk membangun kesejahteraan umat manusia dan bukan untuk menghancurkan kesejahteraan umat manusia yang sudah dengan susah payah dibangun,” ujar Menko PMK Puan Maharani, Sabtu (5/9/2015).
Ia menegaskan bahwa perdamaian dan pembangunan menjadi kepentingan bersama secara global. Karenanya, kata Puan, upacara perayaan 70 tahun berakhirnya PD II yang dihadiri 33 kepala negara dan disemarakkan oleh parade militer dari 17 negara itu menunjukan bahwa perdamaian dan semangat anti-perang mendapat perhatian dan dukungan banyak negara.
Selain itu Puan mengatakan, perayaan yang besar-besaran itu memberi pelajaran tentang semangat masyarakat Tiongkok dalam bekerja yang begitu disiplin hingga hal-hal kecil. Parade perayaan kemenangan Tiongkok atas Jepang itu menunjukkan adanya koordinasi kesatuan komando serta gotong royong masyarakat.
“Upacara ini juga mencerminkan rasa nasionalisme dan patriotisme. Apa yang dilakukan oleh bangsa Tiongkok hari itu adalah untuk kepentingan nasional,” tandas Puan yang berkesempatan berpose bersama dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dan istrinya itu.
Selain itu, kata Puan, perayaan itu juga memberikan pelajaran berharga tentang pembangunan karakter bangsa agar disiplin, menghormati orang tua, rajin dan bekerja keras, tidak suka mengeluh dengan kedaan, tidak suka menyalahkan keadaan dan orang lain, pantang menyerah dan gotong royong ditanamkan sejak dini di rumah, di sekolah dan di lingkungannya.
“Setiap anak sejak dini ditanamkan jiwa dan semangat nasionalisme, cinta dan bela negara,” pungkasnya.