Muslim Syiah dan Suni di Irak Demo Bareng Lawan Korupsi
Saban Jumat, ratusan ribu warga Irak tumpah ke jalan-jalan kota Baghdad dan bagian selatan kota itu.
Laporan Wartawan Surya Yuli Ahmada
TRIBUNNEWS.COM, IRAK - Saban Jumat, ratusan ribu warga Irak tumpah ke jalan-jalan kota Baghdad dan bagian selatan kota itu.
Demonstrasi akbar itu untuk mengutuk korupsi dan menuntut peningkatan layanan publik.
Gerakan protes ini tak pernah terjadi sebelumnya karena ada jurang yang memisahkan antara kaum Suni dan Syiah, dua dari empat madzhab besar dalam pemikiran Islam.
"Sektarianisme telah mati. Para politisi mencuri hak kita tapi pakai kedok agama." Itu hanya sebagian contoh slogan yang biasa diteriakkan para demonstran di lapangan Tahrir, Baghdad, dikutip SURYA.co.id dari The Observers.
Para demonstran menunjukkan kemarahannya terhadap politik rezim Haidar al-Abadi.
Gerakan itu mula-mula dikobarkan melalui media sosial sejak oleh sekelompok aktivis muda sejak Juli lalu. Hingga kini terus berkoba di dalam dada mayoritas pemuda Irak.
Muntather Al-Halfi, demonstran muda yang terbunuh oleh aksi polisi.
Demonstrasi pertama terjadi pada pertengahan Juli di kota Basra. Kematian demonstran muda Muntather Al-Halfi oleh polisi menjadi katalis bagi pergerakan di sana.
Setelah Basra, gerakan serupa menjalar ke Nasiriya, kemudian Diwaniya dan akhirnya ke Baghdad.
"Masyarakat sipil Irak sedang merebut lagi hak-haknya. Sebelumnya, mereka diam di rumah. Mereka takut bicara atau turun ke jalan karena begitu banyak seranan terjadi. Di masa lalu, sebagian besar protes politik berakar pada agama, misalnya gerakan tentang peratiran Jahaari," kata mantan direktur Institut Prancis di Baghdad, Radhia Oudjani.
Peraturan Jahaari sebenarnya dikritisi oleh para aktivis organisasi non pemerintah dan kelompok HAM, terutama karena melegalkan perkawinan bagi perempuan pada usia 9 tahun.