Derita Pengungsi Suriah Memasuki Eropa
Ada mimpi dan harapan baru di rumah baru bernama Eropa.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JERMAN - Ada mimpi dan harapan baru di rumah baru bernama Eropa.
Itulah yang mendorong para keluarga pengungsi asal Suriah saat tiba di kota Jerman Timur yang menjadi rumah baru bagi mereka setelah kampung halamannya penuh dengan konflik berkepanjangan.
Saat mereka siap untuk turun dari kereta, Raghad, seorang remaja pengungsi Suriah, sempat terkenang masa lalunya.
Lima anggota keluarga Habashieh juga bercerita. Ketika menyusuri jalan untuk menunggu taksi menuju pusat suaka di Berlin.
Keluarga Habashieh yakni sang ibu, Khawla Kareem, dan putrinya yang berusia 19 tahun Reem serta anak-anak mereka yang lain yakni Mohammed (17) dan Yaman (15), dan Raghad (11).
Mereka menantikan taksi di dekat gerbang tinggi situs bersejarah, bekas asrama militer Soviet dan Nazi.
Saat itulah Raghad tiba-tiba menangis. "Aku takut, aku benci ini."
Itu adalah akhir dari hari yang melelahkan. Mereka mengungsi dari Damaskus.
Mengungsi melalui laut Mediterania yang berombak sangat tinggi.
Di Balkan, berharap belas kasihan para penyelundup manusia.
Dan akhirnya melalui Austria ke tanah yang dijanjikan Jerman.
Di luar gerbang, keluarga Habashieh berbaris dalam kegelapan, temaram diterangi oleh lampu sorot.
Mereka menunggu mendapatkan kantong plastik berisi gulungan roti keju, sebagai menu makan malam.
Seorang perwira polisi dengan pistol di ikat pinggangnya berdiri dekatnya.