Indonesia Tak Punya Otoritas Penuh Akses Informasi Data Korban Tragedi Mina
Menurut Lukman, selain harus menunggu hasil pemeriksaan medis otoritas setempat, kesulitan timnya juga dikarenakan peristiwa terjadi di Arab Saudi.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin selaku Amirul Hajj menerima sejumlah keluhan dan kritikan perihal lambatnya data korban jiwa dan luka terkait tragedi Mina.
Menurut Lukman yang juga perwakilan pemerintah, selain harus menunggu hasil pemeriksaan medis otoritas setempat, kesulitan timnya juga dikarenakan peristiwa ini terjadi di negeri orang, yakni Arab Saudi.
Dan pemerintah Indonesia tidak memiliki otoritas penuh untuk melakukan langkah-langkah sendiri.
"Bagaimanapun juga pemerintah Saudi Arabia mempunyai regulasi sendiri, punya tradisi, budaya, serta tatacaranya tersendiri dalam mengatasi hal-hal seperti ini. Inilah yang menyebabkan kami tidak cukup leluasa," kata Lukman usai bermalam di pemondokan jemaah haji dari JKS 61, maktab 7, Mina Jadid, Jumat (25/9/2015) malam, sebagaimana keterangan pers diterima Tribunnews, Sabtu (26/9/2015).
"Misalnya, untuk mengakses informasi di rumah sakit. Itu tidak bisa seperti kalau kita mengakses rumah sakit di Tanah Air. Ada hal-hal yang menyebabkan prosesnya butuh waktu," sambungnya.
Lukman meyakinkan timnya dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kemenag di Arab Saudi, akan bekerja 24 jam dan berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan penyisiran dan penelusuran terhadap sejumlah jemaah asal Indonesia yang belum kembali ke kloter masing-masing.
Diberitakan, tragedi jemaah haji lempar jumrah di Jalan Arab 204, Kamis (24/9/2015) pagi, merenggut nyawa lebih 700 orang dari berbagai negara.
Sejauh ini, data resmi yang diperoleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kemenag di Arab Saudi, ada tiga jemaah asal Indonesia yang meninggal dan enam jemaah dirawat di rumah sakit akibat tragedi Mina.
Ketiga korban meninggal, yakni Busyaiyah Sahrel Abdul Gafar dari kloter BTH 14 asal Pontianak Kalimantan Barat, Hamid Atwi Tarji Rofia dari kloter SUB 48 Probolinggo dan satu jenazah tak beridentitas dan dalam proses identifikasi di Rumah Sakit Mina Al-Jisr.
Selain itu, ada 225 jemaah asal Indonesia yang menghilang karena belum kembali ke tenda pemondokan pasca-kejadian tersebut. Dari jumlah tersebut, 192 jemaah di antaranya berasal dari JKS 61, yakni embarkasi Jakarta-Bekasi, Batam dan Surabaya. (Abdul Qodir)