Jamarat Lebih Tertib
Ibadah calon jemaah haji dari seluruh dunia berlanjut dengan melontar tiga jumrah di Mina
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Ibadah calon jemaah haji dari seluruh dunia berlanjut dengan melontar tiga jumrah di Mina.
Jamarat ulla, wustho dan aqobah di terowongan Mina ini dilakukan sejak Kamis tengah malam hingga sepanjang Jumat (25/9).
"Sudah jauh lebih tertib, para calhaj sebagian besar tetap datang berkelompok menurut asal daerah, negara, atau apa pun," ungkap Heru Pujihartono, salah satu jamaah Haji Indonesia yang dihubungi melalui telepon selulernya,Jumat pkl 11.00 siang waktu Saudi atau sekitar 17.00 WIB.
Heru Pujihartono yang berada di Mina itu mengatakan, kesinambungan ibadah calhaj dari seluruh penjuru dunia tak terpengaruhi oleh peristiwa memilukan yang terjadi di hari pertama melempar jumrah, yakni Kamis.
Adanya ratusan calhaj yang tewas, disamping luka-luka, sama sekali tidak membuat antusiasme atau motivasi calhaj menurun.
Kejadian ini dianggap sebagai sebuah musibah, sebagaimana hanya peristiwa mengenaskan pada tragedi di dua terowongan Mina sebelumnya.
Oleh karena itu, kelanjutan ibadah berupa pelontaran jumrah ulla, wustho dan aqobah yang berada di dalam terowongan Mina terus berlangsung.
Namun, para calhaj sudah jauh lebih siap fisik dan mental, karena sudah menyempatkan diri untuk mengistirahatkan badan dan jiwanya.
Peristiwa mengenaskan yang terjadi di Kamis pagi waktu Saudi itu, bermula sekitar pkl 08.30 atau 12.39 wib, lebih disebabkan karena kelekahan fisik dan mental para calhaj.
Setelah lebih dari setengah harian berada di padang Arafah pada Rabu (23/9), diantaranya di bawah sengatan terik matahari 46 derajat celcius, pada Rabu malam waktu Saudi para calhaj yang jumlahnya di atas 4 juta orang itu dibawa ke Mudzalifah secara bergelombang.
Dari Mudzalifah, selepas tengah malam hingga Kamis subuh, mereka dibawa kembali ke maktab-maktabnya atau perkampungan sementara di Mina.
Namun, ada juga yang langsung berjalan kaki menuju terowongan Mina untuk melontar jumrah aqobah. Kehadiran jemaah pada hari pertama melontar jumrah ini sebagian besar dalam keadaan kelelahan fisik dan mental. Hal itu setidaknya mempengaruhi konsentrasi atau fokus mereka. .
Setelah itu, jutaan calhaj sudah jauh lebih siap. Calhaj sudah memiiki 'strategi' untuk memasuki terowongan Mina pada saat-saat tertentu, khususnya yang tidak terlalu padat.
Selepas tengah malam termasuk pilihan waktu yang baik. Udara tidak terlalu panas, dan saat ke luar terowongan pun suhu udara masih dingin.
Ini berbeda dengan jika memasuki terowongan pada waktu pagi, misalnya selepas subuh, sebab saat keluar terowongan matahari sudah meninggi.
Heru Pujihartono bersama sahabatnya, Tubagus Adhi, memilih selepas tengah malam sebagai momentum terbaik.
Kedatangan calhaj dalam berbagai kelompok atau gelombang itu masih belum begitu memadatkan terowongan, sehingga suhu udara dalam terowongan pun maish sangat bersahabat. "Kami meninggalkan tenda di maktab 68 sekitar pkl 01.00 waktu setempat, dan sekitar 03.30 sudah kembali ke markas," papar Heru, pemilik klub sepakbola Matador yang juga pengurus PSSI 2015-2019 pimpinan La Nyalla Mahmud Mattalitti itu.
"Insha Allah proses ibadah terakhir di Mina ini, yakni melontar kembali jumrah ulla, wusthoi dan aqobah, akan kami lakukan seperti pelontaran kedua," jelas Heru, anggota Indonesia Millenium Development Force (IMDF) PSSI 2015-2019 itu.
Heru Pujihartono bersama tubagus adhi berencana melontar ketiga jumrah pada Sabtu dinihari ini.
"Setelah ini kami dan rombongan akan kembali ke apartemen sementara di Batha Quraisy, dan kemudian menginap di Mekah," kata Heru, yang juga pemilik perusahaan katering Nendia Primarasa itu.tb