Kisah Petugas Menunggu Jemaah Haji di Terminal Hijrah Dibawah Terik Matahari
Terminal Hijrah tersebut sangat luas, suasana terik terasa di terminal transit tersebut.
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Dewi Agustina
Yakin Kuat
Menjaga Terminal Hijrah bukan barang mudah khususnya pada saat siang hari dimana matahari bersinar cukup terik, petugas harus berjaga tanpa ada pelindung sama sekali.
Hanya mobil petugas yang dikolaborasi dengan karpet saja yang menjadi tempat berlindung para petugas dari sengatan matahari.
Sengatan matahari sudah menjadi hal yang biasa, karena tim yang dikepalai Kamalul sudah teruji saat menjaga Masjid Bir Ali. Suhu udara yang tinggi menjadi sesuatu yang biasa dan tidak mematahkan semangat mereka melayani jemaah, bahkan keadaan tersebut dianggap sebagai nikmat tersendiri bagi petugas.
"Kalau panas sudah biasa, Alhamdulillah semua yang bertugas di sini sehat-sehat saja," ucapnya.
Kekuatan untuk menahan panas tersebut hanya dengan bermodal keyakinan dan niat melayani tamu Allah. Bisa dibayangkan bila satu jam saja kita berada dibawah terik matahari selain membuat kulit kita terbakar, juga membuat kepala pusing karena sengatan matahari yang membuat cairan tubuh kita terkuras lebih banyak. Tetapi hal tersebut hanya diatasi dengan sebuah keyakinan kekuatan.
"Kita hanya yakin saja kuat, insyaallah dengan keyakinan kita bisa mampu menahannya. Buktinya petugas disini sehat-sehat saja," katanya.
Terlihat saat itu, bus pertama yang membawa rombongan jemaah haji Indonesia datang ke Terminal Hijrah di hari Selasa (6/10/2015). Bus kuning dari PO Qowafil membawa jemaah Kloter 11 dari Embarkasi Balikpapan (BPN).
Petugas langsung sigap memberhentikannya serta memberikan surat edaran Daker Madinah mengenai aturan-aturan yang harus ditaati jemaah selama berada di Madinah. Setelah itu bus baru dipersilakan masuk ke cek poin muassasah.