Padamkan Kebakaran Hutan, Singapura Tawarkan Hercules C-130 dan Helikopter Chinook
Presiden Indonesia Joko Widodo telah meminta bantuan dari Malaysia, Rusia dan Jepang untuk memadamkan api di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Pemerintah Singapura telah menerima catatan resmi dari Indonesia terkait permintaan bantuan untuk memadamkan kebakaran hutan berskala besar di Indonesia. Sebelumnya, Indonesia sempat menolak bantuan Singapura.
Presiden Indonesia Joko Widodo telah meminta bantuan dari Malaysia, Rusia dan Jepang untuk memadamkan api di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Sejauh ini Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan, masih menunggu rincian bantuan yang sangat dibutuhkan Pemerintah Indonesia.
"Kami telah menawarkan satu pesawat Hercules C-130 untuk operasi modifikasi cuaca, satu helikopter Chinook dengan penampungan air untuk pemadaman api dari udara, dan dua pesawat C-130 untuk mengangkut tim pemadam kebakaran dari pasukan pertahanan sipil Singapura (SCDF)," ujar Menlu Singapura.
Singapura juga menawarkan untuk berbagi gambar resolusi tinggi satelit dan hotspot koordinat dengan pemerintah Indonesia.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Jokowi sudah meminta bantuan dari empat negara untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Presiden mengatakan bahwa dia sudah meminta Singapura, Rusia, Malaysia, dan Jepang untuk membantu memadamkan api di hutan dan lahan yang menyebabkan kabut asap yang mendera warga Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand.
“Kita kemarin sudah minta bantuan dan dibantu oleh Singapura masih dalam proses, Rusia dan Malaysia, kemudian Jepang. Kita harapkan nanti bisa mempercepat penanganan karena memang menangani kebakaran lahan gambut berbeda dengan menangani kebakaran hutan biasa. Sangat berbeda,” kata Jokowi pada wartawan di Jakarta, Kamis (8/10/2015).
Menurutnya, bantuan dari negara lain tersebut berupa pesawat pengangkut air yang mampu membawa kapasitas air 12 hingga 15 ton.
“Ada tiga pesawat dari Singapura, dari Rusia juga. Karena yang kita butuhkan saat ini adalah pesawat pesawat pengangkut air 12 ton atau 15 ton. Tidak seperti yang sekarang yang hanya 2-3 ton,” kata Jokowi. (Channel News Asia)