Din Syamsuddin: Perilaku ISIS tak Sesuai dengan Nilai Islam
Din Syamsuddin menganggap perilaku ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) tidak sesuai dengan nilai-nilai di dalam Islam.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Prof Dr KH Muhammad Sirajuddin Syamsuddin MA atau dikenal dengan Din Syamsuddin menganggap perilaku ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) tidak sesuai dengan nilai-nilai di dalam Islam.
Din menyampaikan saat akhir kunjungannya di Jepang, Rabu (4/11/2015) kemarin dan pagi ini kembali ke Jakarta.
"Islam di Indonesia memiliki watak berbeda dengan Islam di negeri-negeri lain termasuk Timur Tengah," kata Din yang berceramah di Markas Sasakawa Peace Foundation, Rabu (4/11/2015).
Ceramah dihadiri seratus tokoh dari berbagai kalangan baik tokoh agama, akademisi, mahasiswa, profesional, pengusaha, dan umum dengan ceramah bertajuk "Masalah, Tantangan dan Masa Depan Islam di Indonesia".
Kelainan itu disebabkan oleh modus masuknya Islam secara damai dan latar sosial-budaya masyarakat Indonesia yang cinta damai. Akibatnya, Islam di Indonesia berwatak damai, moderat, inklusif, toleran, dan anti-kekerasan.
"Watak ini dianut oleh mayoritas mutlak umat Islam dan telah berlansgung berabad lamanya. Maka hampir dapat dikatakan, sejak dulu tidak ada ketegangan dan pertentangan serius antara Muslim dan non-Muslim, dan juga antara sesama Muslim," kata Din.
Indonesia sejak dikenal sebagai model kerukunan hidup, baik antarumat beragama maupun intra umat satu agama. Namun akhir-akhir ini, suasana demikian sedikit berubah dengan adanya ketegangan bahkan konflik antarkelompok umat beragama, khususnya antara kelompok Muslim dan Kristiani, seperti terjadi terakhir di Tolikara, Singkil, dan Manokwari.
Hal ini, menurut Din, disebabkan oleh bergesernya tata nilai yang dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia sejalan dengan modernisasi, globalisasi, dan liberalisasi yang melanda Indonesia sejak satu dua dasawarsa terakhir.
Dalam kaitan ini, menurut Din, radikalisme keagamaan yang muncul di Indonesia didorong oleh faktor keagamaan dan faktor-faktor non agama.
Yang pertama mengambil bentuk pemahaman yang salah akibat penafsiran sempit teks-teks Kitab Suci dengan mengabaikan misi utama Islam untuk kerahmatan dan kesemestaan.
Yang kedua berupa ketidakadilan sosial, ekonomi dan politik yang sering menjadi faktor pemicu kekerasan dan sikap radikal dan agama menjadi faktor pembenar sikap tsb.
Ceramah Din mendapat sambutan antusias audiens dengan banyaknya pertanyaan.
Terhadap pertanyaan mengenai ISIS, Din menegaskan bahwa ideologi dan perilaku ISIS tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang menekankan kasih sayang dan perdamaian.
"ISIS bukan gerakan Islam tetapi gerakan politik yang menyalahgunakan Islam untuk tujuan politik," katanya.
Ikut hadir Prof Nakamura dan istri, Prof Hisae Nakanishi dari Doshisa University, Prof Khalid Higuchi, mantan Presiden Japanese Muslim Association, sejumlah peminat dan pengamat tentang Indonesia, dan para pejabat Sasakawa Peace Foundation seperti Dr Chano dan Dr Akiko Horiba.
Din Syamsuddin adalah Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini berkunjung ke Jepang selama delapan hari atas undangan Sasakawa Peace Foundation, sebuah yayasan Jepang yg terkenal di mancanegara dan aktif mendorong perdamaian di dunia.
SPF mulai tahun lalu mengundang tokoh-tokoh dari luar Jepang dalam program kunjungan Asia's Opinion Leaders.
Kunjungannya ke Jepang kali ini, Din Syamsuddin yang juga Presiden Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) yang berpusat di Tokyo, mengunjungi Hiroshima, Miyajima, Kurainiki, Kyoto, Kobe, dan Tokyo.
Di Hiroshima Din berkesempatan meletakkan karangan bunga di Peace Memorial Park, di Kyoto mengunjungi beberapa pusat Agama Shinto dan Agama Budha, Di Kobe dan Tokyo berkunjung ke Jami Mosque (masjid), dan juga berdialog dgn para tokoh agama maupun politik Jepang.
Dari kunjungannya tersebut, Din mengagumi masyarakat Jepang yang dinilainya mengamalkan nilai-nilai Islam seperti kebersihan, kejujuran, kedisiplinan, penghargaan akan waktu, dan kerja keras. Nilai-nilai tersebut justeru sering tidak nyata dalam perilaku sebagian umat Islam di negara-negara Muslim.
Pada sisi lain, ceramah dan dialog Din Syamsuddin dengan pihak Jepang sedikit banyak dapat mengisi kekosongan pemahaman masyarakat Jepang tentang Islam di Indonesia.