Murid SD Aceh-Jepang Pertukaran Budaya Lewat Video Conference
Kecanggihan teknologi saat ini memungkinkan pertukaran pikiran dan budaya bisa dilakukan jarak jauh dengan video conference.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kecanggihan teknologi saat ini memungkinkan pertukaran pikiran dan budaya bisa dilakukan jarak jauh dengan video conference langsung antara Jepang dan Indonesia.
Kecanggihan ini dimanfaatkan para murid sekolah dasar (SD) Jepang dengan murid SD di Aceh Indonesia.
"Kita memang membuat pertukaran pikiran dan budaya, diskusi mengenai pendidikan 17 Desember lalu melalui video conference," ungkap sumber Tribunnews.com, Rabu (23/12/2015).
Menurutnya, para murid SD Higashimatsushima Miyato di Perfektur Miyagi, utara Jepang, sebanyak kira-kira 18 anak SD tersebut berdiskusi dengan murid SD Aceh mengenai sejarah tsunami di Aceh tahun 2004.
"Beda budaya satu sama lain tetapi menghadapi satu tema yang menarik, menjadi satu diskusi yang menarik apalagi dengan teman-teman sesama usia di tempat yang sangat jauh," tambahnya.
Sebanyak 13 orang dari murid SD kelas 3 dan 4 dan 10 murid dari kelas 4, 5 dan 6 SD ikut serta dalam diskusi tersebut dari pihak SD di Aceh Indonesia.
Murid-murid Miyato memperkenalkan makan siang mereka kepada murid SD Aceh dan juga buah serta sayur yang ada di Perfektur Miyagi.
Murid SD Jepang pun memperkenalkan tempat yang indah di dekat di Miyatojima, juga pemandangan indah dari Otakamori.
Sementara dari Aceh diperkenalkan buah durian yang menarik bagi anak SD Jepang yang banyak bertanya.
"Di mana itu, kapan tumbuh, bagaimana rasanya, dan sebagainya."
Pertukaran budaya internasional lewat video conference langsung bersama-sama itu berlangsung sukses. Memberikan tambahan gambaran dan wawasan bagi anak-anak yang berada di kawasan gempa bumi Jepang 11 Maret 2011 tersebut, memberikan kesamaan keprihatinan dengan anak Aceh yang pernah dilanda tsunami.
Kerja sama itu berkat bantuan dari lembaga swadaya masyarakat (NGO) Jepang bernama Global Dialogue Lab (Tokyo).