Profil Najim Laachraoui, Pelaku Bom Brussels yang Juga Dalang Serangan Paris
Kepolisian Belgia telah mengidentifikasi pelaku serangan bom di Bandara Zaventem, Brussels, Belgia, yaitu Najim Laachraoui.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Kepolisian Belgia telah mengidentifikasi pelaku serangan bom di Bandara Zaventem, Brussels, Belgia, yaitu Najim Laachraoui.
Laachraoui menjadi satu dari tiga pelaku yang melakukan aksi bom bunuh diri di bandara tersebut Selasa (22/3/2016) yang menewaskan 11 orang.
Penampakan ketiganya terlihat dalam rekaman CCTV bandara.
Mereka tertangkap kamera sedang melintas konter check-in di hall keberangkatan Bandara Zaventem, sembil masing-masing mendorong troli berisi koper.
Laachraoui lolos dari kematian sebab diduga bom yang dibawanya dalam koper tiba-tiba gagal meledak.
Setelah penampakannya diketahui, pria itu menjadi buron utama kepolisian Belgia dan akhirnya telah ditangkap di Anderlecht, Brussels, Rabu (23/3/2016).
Laachraoui ternyata tak asing bagi otoritas Belgia, sebab ia telah lebih dahulu menjadi terduga dalang di balik serangan di Paris pada November 2015 lalu.
Diduga pria berusia 24 tahun itu adalah anggota kelompok teror baru yang dibentuk Salah Abdeslam, pelaku serangan di Le Bataclan, Paris.
Penangkapan Abdeslam pada pekan lalu dikatakan berkaitan dengan aksi Laachraoui dan rekan-rekannya Khalid dan Brahim El Bakraoui di Bandara Zaventem.
Laachraoui diketahui menggunakan nama palsu Soufiane Kayal yang digunakan untuk menyewa sebuah gudang yang dijadikan markas kelompok teror di Namur, Belgia.
"Hasil investigasi menunjukkan bahwa Soufiane Kayal adalah identitas palsu Najim Laachraoui, yang lahir pada 18 Mei 1991 dan pernah ke Suriah pada Februari 2013," sebut kejaksaan Belgia.
Pada hari serangan Paris terjadi, Laachraoui diketahui sempat dihentikan di perbatasan Austria-Hungaria saat hendak menyeberang bersama Abdeslam.
Diduga pula Laachraoui merupakan pelaku yang menyewa dan mengemudikan mobil rental yang digunakan untuk mengantar jemput para pelaku teror di Le Bataclan. (Daily Express/International Business Times)