Malaysia Siap Bantu Pembebasan 10 Sandera WNI
Lebih lanjut Retno menjelaskan Pemerintah Malaysia juga telah menyatakan kesediaannya untuk membantu pemerintah Indonesia
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM - Kasus perompakan dan penyanderaan terhadap 10 WNI yang tergabung dalam awak kapal Tongkang Anand 13 dan Kapal Tunda Brahma 12 di Perairan Filipina oleh milisi Abu Sayyaf, membuat pemerintah Indonesia meminta bantuan dari Malaysia.
Menlu Retno LP Marsudi, dalam konferensi pers yang digelar di Kemenlu, Jakarta, selasa (5/4/2016), menuturkan bahwa ia telah membuka komunikasi dengan Menteri Luar Negeri Malaysia terkait dengan dekatnya lokasi pembajakan dengan wilayah negara Malaysia.
"Mengingat lokasi terjadinya perompakan dan tiga penyanderaan berdekatan dengan wilayah Malaysia, maka saya juga telah membuka komunikasi dengan Menteri Luar Negeri Malaysia pada tanggal 31 Maret 2016, dan meminta kerjasama jika sewaktu waktu diperlukan," tutur Menlu Retno.
Lebih lanjut Retno menjelaskan Pemerintah Malaysia juga telah menyatakan kesediaannya untuk membantu pemerintah Indonesia dalam hal tersebut.
"Pemerintah Malaysia juga menyatakan kesiapan untuk bekerjasama sewaktu-waktu terjadinya perubahan situasi yang memerlukan kerjasama Malaysia," imbuhnya.
Menurutnya, Komunikasi yang dilakukan dengan Pemerintah Malaysia sangat berperan dalam ditemukannya Kapal Tongkang Anand 12.
"Komunikasi saya dengan Menlu Malaysia terbukti sangat berguna dalam menindaklanjuti ditemukannya Kapal Tongkang Anand 12," tandasnya.
Sebelumnya, terjadi pembajakan terhadap Kapal Tongkang Anand 12 dan Kapal Tunda Brahma 12 yang memuat 7000 ton batubara dan 10 orang Anak Buah Kapal (ABK) yang seluruhnya merupakan WNI. Mereka diserang dan disandera kelompok militan Abu Sayyaf.
Saat terjadinya pembajakan, kedua kapal tersebut dalam perjalanan dari Sungai Puting (Kalsel) menuju Batangan (Filipina Selatan).
Kelompok ini kemudian meminta tebusan sebesar 50 juta peso atau senilai Rp. 14,3 Miliar kepada pemerintah RI untuk pembebasan 10 sandera tersebut.
Kelompok Abu Sayyaf merupakan sebuah kelompok separatis yang terdiri dari milisi islam yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina. Beberapa anggotanya pernah belajar atau bekerja di Arab Saudi dan kelompok ini diduga mengembangkan hubungan dengan mujahidin ketika bertempur dan berlatih di Afganistan dan Pakistan. (Fitri Wulandari)