TRIBUNNEWS.COM - Merebaknya penggunaan drone di berbagai negara di dunia sempat memunculkan kekhawatiran tersendiri bagi para penerbang pesawat, khususnya kalangan komersial.

Pasalnya penggunaan drone ditakutkan akan mengganggu lalu lintas penerbangan pesawat komersial hingga memungkinkan akan mengancam keselamatan penerbangan bagi awak dan penumpang jika pesawat menghantam drone.

Pada hari Minggu (18/4/16), sekitar pukul 01:00 siang waktu setempat, kekhawatiran itu pun akhirnya menjadi nyata.

Pilot maskapai komersial British Airways melaporkan pesawat yang ia gunakan menabrak sebuah obyek yang diduga sebagai drone pada saat proses pendaratan di bandara Heathrow, London.

Namun begitu, pesawat komersial jenis Airbus A320 yang membawa 132 penumpang dan lima kru tersebut berhasil mendarat dengan selamat.

“Pesawat mendarat dengan selamat, mekanik kami memeriksa keseluruhan pesawat dan pesawatnya tetap bisa dipakai beroperasi lagi,” tegas juru bicara British Airways, seperti yang dilansir oleh BBC.

Namun demikian, belum dijelaskan oleh pihak British Airways pada bagian mana drone tersebut menabrak pesawat.

Peristiwa itu menjadi insiden tabrakan pertama antara pesawat dan drone yang dilaporkan. Kejadian-kejadian sebelumnya yang dilaporkan hanya sebatas near miss.

Sebelumnya, pihak berwenang di Inggris telah mengeluarkan aturan larangan untuk menerbangkan drone di dekat bandara.

Aturan tersebut mengatur bagi siapa saja yang melanggar aturan ini bisa dikenai hukuman penjara lima tahun.

Aturan tersebut juga melarang drone diterbangkan lebih tinggi dari 400 kaki (122 meter) atau dekat dengan bangunan dan orang ramai.

Sementara di Amerika Serikat, FAA (Federal Aviation Administration) pun telah mewajibkan pemilik untuk mendaftarkan drone mereka agar bisa dilacak jika ada suatu kejadian untuk memudahkan investigasi.

Pihak berwenang pun bisa menekan pengguna drone untuk memasang sebuah software pembatas geografis agar drone tak dapat melintas di wilayah tertentu.