Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Uang Rp 15 Miliar Ditolak, Abu Sayyaf Penggal John Ridsdel

Seorang rekan Ridsdel, Brigjen Emmanuel Cayton, pada hari itu bertandang ke Jolo untuk mendapat info soal negosiasi tebusan yang ditawarkan.

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Uang Rp 15 Miliar Ditolak, Abu Sayyaf Penggal John Ridsdel
NBC News/AFP/YouTube
Ridsdel menjadi korban penculikan Abu Sayyaf pada pada 2015 lalu ketika sedang berlibur di sebuah resort wisata di Pulau Samal. 

TRIBUNEWS.COM, MANILA - Sehari setelah korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf, John Ridsdel dieksekusi, tubuh warga negara Kanada itu ditemukan di Distrik Bayug, Talipao, Provinsi Sulu, Filipina, sekitar pukul 08.00 waktu setempat, Rabu (27/4/2016).

Lokasi penemuan tubuh korban tak begitu jauh dari tempat pembuangan kepala Ridsdel di Kota Jolo, ibukota Provinsi Sulu, Senin (25/4/2016) lalu.

Tubuh korban kemudian diserahkan kepada Batalyon Marinir Filipina di kawasan itu, setelah ditemukan seorang pria dari kalangan sipil.

"Kepolisian Filipina dan militer tengah melakukan pemeriksaan dan verifikasi terhadap jenazah itu apakah betul merupakan tubuh John Ridsdel," ujar Mayor Filemon Tan Jr, Juru Bicara Komando Mindanao Selatan, Angkatan Bersenjata Filipina, Rabu.

Wisatawan asal Kanada itu dieksekusi dengan cara dipenggal setelah batas waktu pembayaran uang tebusan terlampaui, Senin. Kelompok Abu Sayyaf minta tebusan 300 juta peso bagi pembebasan Ridsdel.

Menurut surat kabar Filipina, uang tebusan untuk John Ridsdel, sempat hendak dibayar. Seorang sumber surat kabar Inquirer mengatakan tebusan sudah diupayakan oleh rekan dan keluarga Ridsdel, namun jumlahnya jauh dari yang diminta penyandera.

Uang Rp 15 miliar sudah terkumpul dan ditawarkan pada kelompok Abu Sayyaf pada hari Ridsdel dipenggal. Para penyandera minta tebusan Rp 85,8 miliar.

Berita Rekomendasi

Seorang rekan Ridsdel, Brigjen Emmanuel Cayton, pada hari itu bertandang ke Jolo untuk mendapat info soal negosiasi tebusan yang ditawarkan.

Namun, saat dalam perjalanan naik perahu ke Jolo, ia mendengar kabar Ridsdel telah dieksekusi.

Rupanya uang Rp 15 miliar itu ternyata ditolak oleh kelompok Abu Sayyaf. Mereka tetap menuntut jumlah tebusan yang telah ditetapkan.

"Saya lihat foto-fotonya, mata Ridsdel masih terbuka. Saya mengindikasi Ridsdel dipenggal dalam kondisi masih hidup," kata Cayton.

Ridsdel diculik dari kawasan wisata Pulau Samal, Daval de Norte, pada 21 September 2015. Ia diculik bersama Robert Hall (Kanada), Kjartan Sekkingstad (Norwegia), dan Marites Flor (perempuan Filipina).

Mengundurkan Diri
Pemenggalan kepala terhadap seorang sandera warga negara asing itu membuat seorang komandan militer di Provinsi Sulu memilih mengundurkan diri.

Komandan Brigade ke-501, Brigjen Alan Arrojado, mengatakan pengunduran dirinya terkait konflik pendekatan dalam mengatasi ancaman kelompok Abu Sayyaf.

Dalam beberapa operasi ia merasa tak dilibatkan.

"Saya seorang jenderal angkatan bersenjata yang harus telah diberitahu dan dimintai persetujuan," katanya.

Arrojado semula diangkat sebagai Komandan Grup Gugus Tugas Sulu pada Oktober 2014, namun kemudian jabatannya tersebut dihapuskan pada awal April.

Ia kemudian ditunjuk sebagai Komandan Brigade ke-501 yang membawahkan Batalyon Infanteri 10, 32, dan 35 .

Ketika ditanya tentang konflik pendekatan dalam berurusan dengan Abu Sayyaf, ia menolak menguraikan lebih lanjut.
"Pendekatan mereka berbeda dengan saya," katanya singkat.

Posisi Arrojado digantikan Kolonel Jose Faustino. Selanjutnya Arrojado ditugaskan sebagai Asisten Panglima Divisi Infanteri ke-1 di Zamboanga del Sur.

Juru Bicara Angkatan Bersenjata Filipina, Brigjen Restituto Padilla, menyebut pergantian Arrojado sebagai mutasi biasa. Menurutnya, semua pergeseran di angkatan darat berdasarkan perintah atasan.

Tidak ada perwira yang dapat mengundurkan diri begitu saja, apalagi ia menempati jabatan di pos utama.

"Tidak ada yang salah di sini," katanya.

Padilla mengatakan Arrojado menjabat Komandan Brigade ke-602 dan ke-501 selama dua tahun lima bulan.

"Dalam 18 bulan terakhir ia memimpin operasi melawan penculikan dan penyanderaan di Pulau Jolo," katanya.

Menurutnya, perwira militer menjabat minimal 1,5 tahun di posisi utama. (inquirer/rut/feb)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas