Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Perjuangan Bocah-bocah Bertaruh Nyawa ke Sekolah Menuruni Tebing Setinggi 1.400 Meter

Anak-anak yang tinggal di desa Atule'er, provinsi Sichuan, China harus mempertaruhkan nyawa bila ingin berangkat ke sekolah.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Perjuangan Bocah-bocah Bertaruh Nyawa ke Sekolah Menuruni Tebing Setinggi 1.400 Meter
People Daily
Warga desa memanjat tebing mengantarkan anak belajar. Desa itu disebut desa tebing berada di provinsi Sichuan, sebelah Barat Daya, China 

TRIBUNNEWS.COM - Anak-anak yang tinggal di desa Atule'er, provinsi Sichuan, China harus mempertaruhkan nyawa bila ingin berangkat ke sekolah.

Bagaimana tidak, mereka harus menuruni tebing dengan ketinggian sekitar 1.400 meter atau 800 meter dari permukaan tanah, hanya dengan menggunakan tangga dari pohon anggur.

Desa Atule'er sering disebut sebagai desa tebing karena memang lokasinya berada di atas tebing tinggi. Itu hanya dihuni oleh 72 rumah tangga dan akses menuju ke sana sangat sulit.

Jangankan alat transportasi, jalan setapak menuju ke sana saja tidak ada.

Setidaknya 15 anak berusia enam sampai 15 tahun yang merupakan warga desa tersebut, belajar di sekolah asrama di kaki gunung.

Dua minggu sekali, mereka harus memanjat tangga yang pernah menelan korban jiwa tersebut.

Mereka memanjat tanpa alat pengaman sambil membawa tas di punggung. Biasanya, orang tua mengawal mereka secara bergiliran saat melewati tangga.

Berita Rekomendasi

Untuk orang dewasa lincah, mendaki tebing memerlukan waktu 1,5 jam dan saat turun memakan satu jam.

Sebenarnya, sebuah kereta kabel pernah dibangun untuk menghubungkan desa Atule'er dengan daerah di kaki gunung.

Hanya saja, masyarakat tak mampu membayar angsuran listrik untuk menjalankan kereta sehingga diruntuhkan.

Pemerintah setempat juga belum mengganti tangga pohon anggur tersebut dengan baja karena persoalan dana.

Begitu pula untuk membangun jalan menuju desa tersebut yang memerlukan biaya hingga sekitar 60 juta yuan.

Warga yang tinggal di sana sangat sedikit, sehingga antara input dan output tidak sesuai.

Padahal, mereka sangat memimpikan adanya sebuah jalan yang menghubungkan Atule'er dengan dunia luar. 

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas