Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Deputi PM Australia Sebut Indonesia Penyebab Imigran Ilegal Menumpuk

Deputi PM Australia menyebut Indonesia sebagai 'biang keladi' menumpuknya imigran ilegal di Australia.

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Deputi PM Australia Sebut Indonesia Penyebab Imigran Ilegal Menumpuk
(The Guardian/AAP/Mick Tsikas)
Deputi PM Australia Barnaby Joyce 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania

TRIBUNNEWS.COM, CANBERRA - Deputi PM Australia Barnaby Joyce menyebut Indonesia sebagai 'biang keladi' menumpuknya imigran ilegal di Australia.

Hal itu disampaikan Joyce, dalam kampanye pemilihan presiden (Pilpres) Australia, Rabu (25/5/2016).

"Ketika Australia menghentikan ekspor sapi, di saat itu pula arus imigran yang datang menggunakan kapal ke Australia meningkat," katanya.

Ia kemudian ditanya apakah dirinya menuduh Indonesia sebagai penyebab meningkatnya imigran ilegal ke Indonesia.

"Menurut saya, memang masalahnya akan menjadi buruk dengan Indonesia ketika Australia memutuskan untuk menghentikan ekspor daging sapi," ucapnya.

Saat berkomentar seperti itu, pria yang juga menjabat sebagai Menteri Agrikultur dan Sumber Daya Air Australia itu diteriaki hadirin.

Berita Rekomendasi

"Menurut saya baiknya kerjasama Australia dan Indonesia terpengaruh atas ketergantungan Indonesia dengan Australia untuk pasokan daging," tambah Joyce.

Rangkaian pernyataan Joyce itu mendapat respons sanggahan dari sejumlah pejabat di Australia, termasuk PM Australia Malcolm Turnbull.

Turnbull mengatakan tidak ada hubungan antara meningkatnya imigran ilegal di Australia dengan Pemerintah Indonesia.

Bahkan, Pemimpin Partai Buruh Bill Shorten menyebut Joyce "bodoh" atas komentarnya yang dianggap "sampah" itu.

Partai Buruh adalah dalang di balik larangan ekspor sapi ke Indonesia pada 2011, sejak terungkapnya kekerasan di sejumlah rumah potong Indonesia.

Australia kerap menjadi sasaran kedatangan imigran ilegal yang menggunakan kapal kecil menyelundupkan diri dan berlayar dari Indonesia.

Hal itu meresahkan sebab dianggap mengancam keamanan negara. (Bloomberg/The Guardian)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas