Sesali Pelecehan Pancasila, Menhan Australia Optimis Hubungan dengan Indonesia Tetap Baik
Menteri Pertahanan Australia optimis hubungan Indonesia dengan Australia tetap baik meski dilanda kasus pelecehan Pancasila.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews, Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, CANBERRA - Menteri Pertahanan Australia optimis hubungan Indonesia dengan Australia tetap baik meski dilanda kasus pelecehan Pancasila.
Sang menteri, Marise Payne, menyesali adanya temuan materi pelatihan militer di Australia yang menyinggung Pancasila dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Meski demikian, Marise Payne yakin kerja sama antara Indonesia dan Australia tetap baik.
"Hubungan yang mendalam antara kedua negara akan membuktikan bahwa kasus ini bisa kita proses bersama," kata Marise Payne.
"Saya sangat menantikan upaya dan respons positif atas kasus ini," ucapnya lagi.
Marise Payne juga optimis rencana pelatihan militer terpadu yang akan dilaksanakan Februari mendatang akan tetap dilakukan.
Sebelumnya, melalui pernyataan tertulis, Marise Payne mengatakan kasus tersebut tengah ditangani serius.
Penanganan dilakukan dengan penyelidikan terhadap kasus itu yang juga ditangani langsung pihak Angkatan Darat Australia.
"Angkatan Darat Australia telah memeriksa masalah serius tersebut dan penyelidikan atas itu akan dilakukan," kata Marise Payne.
Marise Payne juga mengatakan Panglima Angkatan Bersenjata Australia (ADF) Mark Binskin telah menghubungi Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
"(Mark Binskin) menyampaikan kepada beliau bahwa kasus ini akan ditangani secara serius," ujar Marise Payne lagi.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengakui ada oknum anggota ADF yang menghina lambang negara Indonesia, Pancasila.
Hal ini diketahui dari laporan pelatih dari Korps Pasukan Khusus (Kopassus) yang mengajar di sebuah akademi pasukan khusus di Australia.
Saat mengajar, pelatih tersebut mengetahui adanya materi-materi pelatihan yang isinya menjelek-jelekkan TNI.
Saat menghadap kepala sekolah di akademi tersebut untuk mengajukan proter, sang pelatih malah menemukan tulisan lain yang isinya justru menghina lambang negara Indonesia, Pancasila.
Sejumlah media Australia menyebut penemuan materi pelatihan yang menyinggung itu terjadi di lembaga pelatihan bahasa pasukan militer khusus di Perth, Australia.
Gatot Nurmantyo pada Desember lalu mengatakan bahwa sempat ada kerja sama antara Indonesia dan Australia, di mana Indonesia mengirimkan guru Bahasa Indonesia ke Australia.
Ia menyebut guru Bahasa Indonesia tersebut sempat diminta untuk memberikan materi tugas yang isinya terkait propaganda Papua Merdeka.
Dalam materi tugas tersebut, disebutkan bahwa Papua adalah bagian gugus kepulauan Melanesia dan seharusnya menjadi negara tersendiri.
Protes kemudian dilayangkan dan berbuntut permintaan maaf dari panglima militer Australia. (The Australian/ABC News)