Partai Anti-Islam Kalah dalam Pemilu Belanda
Partai Kebebasan yang awalnya diduga akan meraup suara besar dalam pemilihan umum Belanda ternyata gagal menang.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, AMSTERDAM - Partai Kebebasan yang awalnya diduga akan meraup suara besar dalam pemilihan umum Belanda ternyata gagal menang.
Partai yang dikenal sangat anti-Islam ini ternyata hanya meraup 18 persen suara.
Alhasil, Partai VVD pimpinan PM Mark Rutte keluar sebagai pemenang pemilu.
Hasil perhitungan awal menunjukkan PM Mark Rutte dengan partainya yang berhaluan kanan tengah akan memenangkan 31 dari 150 kursi.
Tiga partai diproyeksikan sama-sama meraup 19 kursi yaitu Partai Kebebasan (PVV) yang anti-imigrasi pimpinan Geert Wilders, Partai Kristen Demokrat dan D66.
Sebelumnya, partai pimpinan Wilders sempat unggul jauh dalam jajak pendapat, namun dukungan untuk mereka memudar dalam beberapa hari terakhir.
"Hari ini adalah pesta demokrasi. Rakyat Belanda telah mengatakan tidak untuk populisme yang salah," ujar Rutte merujuk pada partai populis PVV pimpinan Geert Wilders.
Partai VVD pimpinan PM Rutte telah kehilangan beberapa kursi sejak pemilu terakhir, dan kali ini mereka diperkirakan makin terpuruk akibat beralihnya dukungan kepada Partai Kebebasan Geert Wilders.
Namun hasil penghitungan awal ternyata menunjukkan sebaliknya.
Para pengamat beranggapan, partai-partai liberal dan pro-Uni Eropa diuntungkan oleh tingginya angka pemilih.
Partisipasi dalam pemilihan umum kali ini mencatat rekor tertinggi selama 30 tahun, dengan 81 persen pemilih datang ke berbagai TPS.
Dunia memantau Pemilu Belanda ini dengan seksama, sebagai indikasi bagaimana partai-partai populis anti-pendatang itu mendapat dukungan dalam pemilu di sejumlah negara Uni Eropa lain.
Perancis akan menyelenggarakan pemilihan presiden bulan depan, sementara Jerman akan mengadakan pemilihan umum pada bulan September.
Sehingga kemenangan partai pimpinan PM Rutte dan terpuruknya partai Geert Wilders disambut kelegaan para pemimpin Eropa.
Kanselir Jerman Angela Merkel segera menelpon PM Rutte untuk mengucapkan selamat, sementara Perdana Menteri Luksemburg Xavier Bettel melakukannya lewat Twitter.
Martin Schulz, mantan presiden Parlemen Eropa mengatakan ia merasa lega karena partai pimpinan Wilders kalah dalam pemilu.
"Kita harus terus berjuang bagi Eropa yang bebas dan terbuka," kata Schulz lewat akun Twitternya.
Sedangkan Wilders sendiri, kendati kecewa memperingatkan bahwa dia tak akan surut dari dunia politik.
Ia sebelumnya mengatakan, revolusi patriotik akan dilanjutkan dan "jin ini tak akan kembali ke dalam botol".
Kendati menang, partai VVD pimpinan PM Rutte harus melakukan koalisi dengan partai lain untuk membentuk pemerintahan.
VVD telah mengesampingkan koalisi dengan Partai Kebebasan pimpinan Geert Wilders. VVD nampaknya akan mendekati partai Kristen Demokrat (CDA) dan Demokrat 66 (D66) yang keduanya pro-Uni Eropa.
CDA mengungkapkan kepuasan atas hasil pemilu dan menyatakan siap membantu membentuk koalisi. VVD membutuhkan setidaknya tiga partai lain sebelum dapat mengamankan kursi mayoritas.
Sehingga, partai-partai kecil lainnya akan bisa menjadi penentu terbentuknya pemerintahan baru.
Jajak pendapat menunjukkan Partai Kiri Hijau mendapatkan 16 kursi, melonjak jauh dari empat kursi dalam pemilu sebelumnya.
Partai Sosialis memperoleh 14 kursi, sementara partai kiri lain yang merupakan mitra koalisi VVD sebelumnya, Partai Buruh mengalami penurunan perolehan kursi dari 38 menjadi hanya sembilan.
Para analis mengatakan penurunan itu tampaknya disebabkan peran Partai Buruh dalam pemerintahan koalisi dalam membantu meloloskan langkah-langkah penghematan ekonomi.