AS Luncurkan 60 Rudal ke Suriah, Siapa Sasarannya? Pemerintah atau Pemberontak?
Sebanyak 60 peluru kendali tomahawk menghantam kawasan pangkalan udara Shayrat, di wilayah tenggara Provinsi Homs.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Serangan militer Amerika Serikat ke wilayah Suriah yang disebut sebagai serangan balas dendam atas aksi penggunaan senjata kimia oleh Suriah, mengarah ke sebuah pangkalan udara.
Sebanyak 60 peluru kendali tomahawk menghantam kawasan pangkalan udara Shayrat, di wilayah tenggara Provinsi Homs.
Rangkaian serangan dilakukan secara tiba-tiba sejak Kamis malam hingga Jumat pagi dari dua kapal perang AS yang berada di wilayah Laut Tengah.
Pangkalan udara itu, seperti diberitakan Associated Press, bukanlah pangkalan udara yang besar. Hanya ada dua landas pacu di tempat itu.
Namun dari tempat itulah biasanya pesawat-pesawat militer Suriahyang membawa bom untuk menyasar wilayah tengah dan utara Suriah, diterbangkan.
Peluru kendali AS menghantam sasaran pada pukul 3.45 waktu setempat, menghancurkan landas pacu, sejumlah hanggar, menara pengawas, dan gudang senjata.
Demikian keterangan yang diberikan pejabat militer AS, yang dikutip AP.
Sementara, sebuah sumber militer Suriah yang dikutip jaringan televisi lokal menyebutkan, pangkalan udara mereka mengalami serangan pada Jumat pagi.
Terjadi kerusakan material akibat serangkaian serangan peluru kendali tersebut.
Gubernur Homs, Talal Barazi, yang berbicara melalui sambungan telepon menyebutkan serangan AS itu menjadi semacam sokongan bagi kelompok pemberontak dan teroris di Suriah.
Kelompok oposisi Suriah, the Syrian Coalition, menyambut baik serangan AS itu. Hal itu menurut mereka menjadi tanda berakhirnya era impunitas, dan munculnya awal yang baru.
Sebelumnya telah diberitakan, penyerangan ini menjadi perintah militer berdampak besar pertama yang diambil Donald Trump sejak memegang jabatan sebagai Presiden AS Januari 2017 lalu.
Pemerintahan Presiden Barack Obama kerap mengeluarkan ancaman atas dugaan penggunaan senjata kimia oleh Suriah, namun tak pernah menindaklanjuti ancaman itu.
Selanjutnya, Trump berseru kepada seluruh warga dunia untuk bergabung dengan AS mengakhiri pembataian yang terjadi di Suriah.