Pensiunan Polisi Mengaku Bunuh Ratusan Orang Atas Perintah Duterte, Kini Kabur Dari Filipina
Arturo Lascanas mengaku, dia melakukan pembunuhan itu saat menjadi anggota pasukan maut milik Duterte saat dia menjabat wali kota Davao.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Seorang pensiunan polisi yang mengaku telah membunuh ratusan orang atas perintah Presiden Filipina Rodrigo Duterte dikabarkan telah meninggalkan negeri itu.
Arturo Lascanas mengaku, dia melakukan pembunuhan itu saat menjadi anggota "pasukan maut" milik Duterte saat dia menjabat wali kota Davao.
Pada Februari lalu di hadapan Senat, Lascanas mengaku setidaknya dia sudah membunuh 300 orang, 200 orang di antaranya dibunuh saat dia menjadi anggota "pasukan maut" Davao City.
Pemerintahan Duterte membantas semua pengakuan Lascanas dan para sekutu Duterte menegaskan, sang presiden tak pernah berbuat kejahatan di masa lalu.
Kesimpulan para senator itu diambil setelah hasil penyelidikan tak menemukan adanya bukti kuat terkait keberadaan "pasukan maut" Davao itu.
Satu-satunya hal yang memunculkan kisah "pasukan maut" itu adalah pengakuan dari dua orang yang mengaku bekas anggota kelompok tersebut.
"Saya mendapat informasi bahwa nyawa saya berada di ujung tanduk," kata Lascanas dalam sebuah rekaman video yang diunggah ke situs harian Philippine Daily Inquirer.
Lascanas menambahkan, tuduhan kriminal yang dijeratkan kepada dia sudah sejak lama dipersiapkan.
Kepergian Lascanas ini dibernarkan departemen imigrasi yang mengatakan, pria itu pergi menuju Singapura dua hari lalu.
"Tak ada perintah pencegahan untuk Lascanas," kata juru bicara imigrasi Filipina, Antonette Mangrobang, Senin (10/4/2017).
Sejak Duterte berkuasa di Filipina pertengahan tahun lalu, sebanyak 8.000 orang terduga pengedar narkotika tewas sebagai akibat perang melawan narkoba yang dikobarkan Duterte.
Sekitar 2.500 tersangka pengedar tewas di tangan polisi. Namun, sisanya tewas dalam situasi dan latar belakang yang tak jelas.