Kota Tertinggi di Dunia Ini Disebut Sebagai Kota Termiskin dan Paling Menyedihkan, Ini Alasannya
Meski berada14 derajat dari khatulistiwa, La Rinconada yang berada di ketinggian 5.100 meter memiliki kondisi cuaca menyerupai pantai barat Greenland.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizky Tyas
TRIBUNNEWS.COM - Kalau Desa Sembungan, Wonosobo menjadi satu desa tertinggi di Indonesia, pernahkah kamu bertanya-tanya di mana desa paling tinggi di dunia?
Jawabannya adalah La Rinconada.
Di Andes, Peru, terletak sebuah kampung pertambangan emas tua yang sudah ada selama bertahun-tahun.
Wilayah itu kini berstatus sebagai sebuah kota.
Dirangkum TribunTravel.com dari laman Amusingplanet.com, lebih dari 30 ribu orang tinggal di atas ketinggian lima kilometer vertikal di udara.
Percaya atau tidak, kota ini adalah pemukiman tertinggi di dunia.
Meski terletak hanya 14 derajat dari khatulistiwa, La Rinconada yang berada di ketinggian 5.100 meter memiliki kondisi cuaca menyerupai pantai barat Greenland.
Suhu rata-rata tahunan di La Rinconada hanya 1,2 ° C.
Pada kenyataannya, La Rinconada lebih terlihat seperti pemukiman daripada kota.
Tidak ada jalan, tidak ada pipa ledeng dan tidak ada sistem saluran pembuangan limbah.
Rumah-rumah di sana terbuat dari lembaran timah atau seng.
Kebanyakan warga laki-laki bekerja di pertambangan, sementara wanita menjual barang atau mengais emas yang dibuang di tong.
Tanah, udara, air, dan salju di La Rinconada sudah sangat terkontaminasi.
Jika La Rinconada adalah kota, maka kota ini bisa dikatakan kota termiskin dan paling menyedihkan di dunia.
Tidak seperti kota pertambangan lainnya, La Rinconada bukan milik perusahaan.
Sebaliknya, hampir semua tambang yang beroperasi di sini bersifat tidak resmi atau dengan kata lain ilegal.
Tidak ada administrasi dan tidak ada undang-undang.
Tidak ada yang mengatur perekonomian, sehingga sebagian besar emas yang keluar dari gunung langsung menuju ke pasar gelap.
Lebih parahnya lagi, ada satu perusahaan pertambangan, Corporación Ananea, tidak membayar gaji kepada pekerjanya.
Sebagai gantinya, mereka beroperasi di bawah sistem tenaga kerja kuno yang disebut cachorreo.
Di bawah sistem ini, karyawan bekerja selama tiga puluh hari tanpa bayaran.
Pada usia tiga puluh tahun, satu dari mereka baru diperbolehkan mengambil sebanyak mungkin bijih emas yang bisa mereka bawa di atas bahu mereka yang sudah sangat letih.
Meskipun perusahaan menggunakan sistem pembayaran seperti itu, para penambang terus datang ke wilayah tersebut.
Antara tahun 2001 dan 2009, populasi La Rinconada telah meningkat dua kali lipat.